Jumat, 25 Januari 2013

Sistem manajemen Pendidikan



BOOK REPORT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah 
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah
Dosen: Ibu Ai Nuraeni M.Pd

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN



Disusun oleh :

Andri Rahman
2406311008



FAKULTAS AGAMA ISLAM 
UNIVERSITAS GARUT
GARUT 
2013




KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang memiliki segala maha, yang telah mengutus Rasulnya membawa keterangan faktual dan petunjuk untuk menerangkan hal-hal yang belum diketahui oleh umat manusia dan untuk menuju jalan ridho Alloh SWT.
Penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas ini yaitu membuat laporan buku / book report tentang “SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN” penulisan laporan ini bertujaun untuk memahami tugas dari mata Kuliah pembelajaran B. Indonesia di MI, juga untuk menambah wawasan saya serta mendorong dan meningkatkan pengetahuan.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, ucapan terimakasih disampaikan kepada :
1. Ibu Ai Nuraeni. M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia
2. Semua rekan-rekan kelas PGMI III a
Akhirnya saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu dengan segala kerendahan hati saya mohon berkenan  dosen, serta teman-teman sekalian memberikan saran dan keritik demi membangun perbaikan masa depan. 
Saya berharap mudah-mudahan laporan buku ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagai para pembaca laporan buku ini dan semoga amal baik yang diberikan kepada penulis dari semua pihak mendapat imbalan yang berlipat dari ALLAH SWT. Amin
Garut, 09 Januari 2013

Mengetahui,





(               Andri Rahman             )



i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI 
BAB I PENDAHULUAN
          I.1 DESKRIPSI BUKU/GAMBARAN UMUM BUKU
          I.2 ALASAN 
          I.3 SEKILAS ISI BUKU 
BAB II ISI BUKU 
          II.1 PENDAHULUAN
          II.2 TEKONOLIGI INFORMASI UNTUK KEUNTUNGAN BERSAING LEMBAGA
                PENDIDIKAN 
          II.3 STRATEGI MANAJEMEN PENDIDIKAN YANG BERFOKUS 
                MASA DEPAN
          II.4 TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PERSPEKTIP PENDIDIKAN
          II.5 TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PERSPEKTIP PENDIDIKAN
          II.6 KERANGKA KERJA TIM DALAM MENAJEMEN PENDIDIKAN
          II.7 PERANAN SIM DALAM PENGEMBANGAN KEPUTUSAN 
                BIDANG PENDIDIKAN
BAB III PENUTUP
TANGGAPAN PENILAIAN ISI BUKU
GLOSARIUM




BAB I 

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Buku

Judul buku : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN

Pengarang : Eti Rochaety – Pontjorini Rahayuningsih Prima Gusti Yanti

Tahun Terbit / Edisi : Agustus 2009

Tempat, Nama Penerbit : Jakarta, PT Bumi Aksara

Halaman : 188 halaman

Ukuran :

Warna Sampul : Biru

Bentuk / Ukuran Tulisan: Times New Roman / 12

B. Alasan Pemilihan Buku

Informasi merupakan satu-satunya sumber yang dibutuhkan seorang pemimpin lembaga pendidikan. Informasi dapat diolah dari sumber lain yang dipengaruhi oleh organisasi yang sangat komplek dan perangkat komputer yang d miliki. Informasi dapat memperbaiki kinerja lembaga pendidikan, layaknya kinerja usaha lembaga bisnis. Oleh karna itu “SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN” informasi yang di olah dengan menggunakan komputer dapat digunakan oleh seorang pemimpin organisasi atau perseorangan dengan keahlian yang dimiliki sebagai sarana komunikasi dan pemecahan masalah, serta informasi yang sangat berharga dalam proses pengambil keputusan. Informasi dapat digali melalui sumber-sumber yang tersedia, seperti sumber daya manusia, material, alat, biaya yang dibutuhkan, serta data yang akan diolah. Jadi Buku yang ditulis oleh Eti Rochaety – Pontjorini Rahayuningsih Prima Gusti Yanti ini menyajikan informasi sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan bidang pendidikan yang dapat dipertanggung jawabkan secara moral.

C. Gambaran Sekilas Isi Buku 

Buku yang berjudul “SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN” ini dari 7 Bab. Pada bab 1 membahas pendahuluan, bab 2 membahas tekonoligi informasi untuk keuntungan bersaing lembaga pendidikan, bab 3 membahas strategi manajemen pendidikan yang berfokus masa depan, bab 4 membahas teknologi informasi dalam perspektip pendidikan, bab 5 membahas teknologi informasi dalam perspektip pendidikan, bab 6 membahas kerangka kerja tim dalam menajemen pendidikan, bab 7 membahas peranan sim dalam pengembangan keputusan bidang pendidikan. 




BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pendahuluan

Era baru dalam dunia pendidikan, yaitu diperlukannya reformasi pendidikan yang berkaitan erat dengan sistem informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan dunia pendidian. Konsep ini memiliki nuansa bagaimna dunia pendidikan berusaha menggunakan perangkat computer, yang dapat di aplikasikan sebagai sarana komunikasi untuk meningkatkan kinerja dunia pendidikan secara signifikan

A. Konsep Dasar Sistem Informasi Manajemen Pendidikan

Mengingat lembaga pendidikan di Indonesia merupakan organisasi yang memiliki orientasi ganda (multiple oriented), yaitu organisasi yang berorientasi social dan berorientasi bisnis. Orientasi social pendidikan bertujuan meningkatkan kecerdasan bangsa sedangkan orientasi bisnis pendidikan dalam mempertahankan eksistensi maupun oprasionalnya harus memiliki dana yang cukup memadai. 

B. Pengertian Sistem Informasi Manajemen Pendidikan

1. Sistem 

a. Sistem adalah seperangkat unsur yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam satu lingkungan tertentu (Ludwig, 1997)

b. Sistem adalah seperangkat eleman yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan (A. Rapoport, 1997)

c. Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian yang saling mempengaruhi (L. Ackof, 1997)

d. Sistem merupak bagian-bagian yang beroprasi secara bersama-sama untuk mencapai beberapa tujuan (Gordon B. Davis, 1995).

e. Sistem yaitu sekelompok elemen yang terintegrasi untuk mencapai satu tujuan (Raymond Mcleod, 2001)

f. Ryans (1968) system is an identifiable assemblage of element (object, person, activities, information records, etc) which are interrelated by process or structure and which are presumed to function as an organizational entity generating an observable (or sometimes merely infrable) production.

g. William A. Shorde (1995) dalam bukunya organizational and management menyembutkan ada sekitar enam ciri-ciri sebuah sistem, yaitu prilaku berdasrkan tujuan tertentu, keseluruhan, keterbukaan, terjadi tranformasi, terjadi kolerasi, memiliki mekanisme control artinya ada kekuatan yang mempersatukan dan mempertahankan sistem yang bersangkutan. 

2. Informasi 

Adapun penegrtian Informasi yaitu data yang telah di proses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi penerima dan memiliki arti nilai nyata yang di butuhkan untuk proses pengambilan keputusan saat ini maupun saat mendatang (Gordon B. Davis, 1995)

Sedangkan informasi menurut budi sutedjo (2002: 168) merupakan hasil pemerosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan dan di butuhkan dalam pemahaman fakta-fakta yang ada. 

Informasi yaitu sebuah peryataan yang menjelaskan suatu peristiwa (suatu objek atau konsep) sehingga manusia dapat membedakan sesuatu dengan yang lainnya (Samuel Elion, 1992). 

3. Manajemen 

Secara umum dikatakan bahwa manajemen merupakan proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan prencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan mulai pemamfaatan sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya (George R. terry, 1997)

Definisi lain menyatakan bahwa manajemen merupakan proses prencanaan, penggorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan antar anggota organisasi dengan menggunakan seluruh sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan (Stoner AF, 1998)

4. Pendidikan 

Menurut undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 bab 1 pasal 1 ayat (1): pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan fotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan , akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

5. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan 

Gordon B Davis, 1995 bahwa Sistem Informasi Manajemen Pendidika merupakn sebuah sistem manusia dan mesin yang terpadu dengan untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi oprasi, manajemen, dan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. 

Soetedjo moeljodihardjo, 1992, sistem informasi manajemen, yaitu suatu metode yang menghasilkan informasi yang tepat (timely) bagi manjemen tentang kehidupan ekternal dan oprasi internal sebuah organisasi, dengan tujuan untuk menunjang pengembalian keputusan dalam rangka memperbaiki perencanaan dan pengendaliaan.

II.2 Tekonoligi Informasi Untuk Keuntungan Bersaing Lembaga Pendidikan 

A. Lingkungan Pendidikan 

Dalam dunia Pendidikan, keberadaan sistem informasi merupakan salah satu komponen yang didak dapatdipidahkan dari aktivitas pendidikan itu tersendiri. Kedua dominan ini memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi dalam membentuk karakteristik dunia pendidikan itu tersebut, Manajemen dalam menggambarkan hubungan kedua aspektersebut di manna pendidkan sebagai penggerak (Drive) terhadap sistem informasi pendidikan, sedangkan sistem informasi pendidikan akan menjadi penentu kinerja pendidikan. Dalam hal ini terdafat persepektif yang melihat bahwa dunia pendidikan dan sistem informasi berada dalam lingkungan mikro lembaga-lembaga pendidikan, juga merupakan bagian makro dunia pendidikan secara keseluruhan. Peran masyarakat, dan gelobalisasi merupakan berbeda contoh komponen mikro yang prilakunya yang tidak dapat dikenadlikan oleh sebuah lembaga pendidikan. Kedua persefektip di atas harus dapat di pelajari dan di analisis agar dapt memberikan gambaran mengenai keberadaan lingkungan mikro dan makro tempat beroperasinya sistem informasi pendidikan. Lebih jauh lagi hal ini dapat membantu para penganmbil kebijakan bidang pendidikan dalam memutuskan setretagi apa yang tepat untuk di terapkan dalm pengendalian dan monitoring terhadap komponen-komponen pendidikan. Ada sebuah kerangka pemikiran yang dapat melihat di mana sebenarnya posisi sistem informasi dalam kerangka Mikro dan makro lembaga pendidikan. 

Dalam sebuah lembaga pendidikan memiliki komponen-komponen yang di perlukan untuk menjalankan oprasional pendidikan, seperti siswa/mahasiwsa, sarana-prasarana, struktur organisasi, proses, sumber daya manusia (tenaga pendidik), dan biaya organisasi, adapun sistem organisasi terdiri dari komponen-komponen pendukung lembaga pendidikan untuk menyediakan informasi yang di butuhkan pihak pengambil keputusan saat melakukan aktivitas pendidikan. 

Sistem informasi terbentuk dari komponen-komponen perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan perangkat manusia (brainware), dalam teori manajemen untuk menjalankan sebuah lembaga pendidikan, strategi lembaga pendidikan dan strategi sistem informasi harus saling mendukung sehingga dapat menciptakan keunggulan bersaing (competitive advantage) lembaga pendidikan yang bersangkutan, jika dilihat dari perspektif makro, di luar lembaga pendidikan terlihat ada dua dominan, yaitu lembaga pendididkan pesaing dan sistem informasinya yang memiliki komponen yang sama, selain itu terdapat komponen pemerintah sebagai penyusun kebijakan dan peraturan bidang pendidikan, masyarakat, dan lain sebaginya, komponen lembaga pendidikan external ini secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap komponen lembaga pendidikan secara internal. Dari sistem informasi, factor eksternal yang adalah perkembangan teknologi, baik perangkat keras maupun perangkat lunak. 

Menurut cash, et.al., 1992 dalam indrajit (2001:76) ada beberapa hal yang menarik untuk dianalisi dari gambar di bawah ini. 

Beberapa hal yang perlu di analisis lebih lanjut adalah sebagai berikut :

a. Sebuah lembaga pendidikan haya dapat mengontrol konponen-komponen dari domain internal, baik yang brehubungan dengan oprasional pendidikan maupun sistem informasi. Lingkungan ekternal lainnya sama sekali di luar pengendalian lembaga pendidikan. 

b. Pada kenyataannya komponen ekternal sangat mempengaruhi komponen internal lembaga pendidikan seperti kebijakan pemerintah dalam menetapkan anggaran penddidikan yang sangat integral mempengaruhi perubahan setrategi lembaga pendidikan. Masyarakat sebgai pengguna jasa pendidikan sangat dipengaruhi oleh trend yang mudah berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dapat terjadi secara cepat karna telah terbukanya arus komunikasi dan informasi globaldari mancanegara. 

c. Dari kempat kuadran yang ada yang paling cepat mengalami perubahan adalah kuadran sistem infomasi sistem informasi pada domain ekternal.karna hamper semua sistem informasi menggambarkan pesatnya kemajuan teknologi informasidan gerafik yang bersifat eksponensial. 

d. Jika ramalan para ahli di bidang teknologi informasi tentang masa depan yang menyatakan bahwa revolusi besar-besaran dalam kehidupan manusia akan terjadi. Abad informasi didikuti oleh abad bioteknologi yang akan menghasilkan lingkungan makro yang sama seklai jauh berbeda dengan yang saat ini dan secara mikro dampak tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan setiap individu dalam beriorentasi maupun berprilaku. 

B. Teknoligi Informasi Untuk Mendorong Keunggulan Bersaing Lembaga Pendidika

Banyak pendapat mengatakan bahwa teknologi informasi merupakan salah satu senjata pesaing. Hal ini tidak perlu di ragukan lagi karna saat ini teknologi informasi telah menjadi salah satu alat untuk meningkatkan efesiensi aktifitas oprasional lembaga pendidikan, hamper di setiap lembaga pendidikan telah tampak phenomena bahwa yang menjadi criteria pilihan masyarakat saat ini adalah lembaga pendidikan yang telah memiliki perangkat teknologi informasi sangat memadi dalam berbagai aktivitas oprasional lembaga pendidikan tersebut. Hal itu di sebabkan oleh salah satu unsur penilaian masyarakat tentang kualitas pendidikan saat ini dapat di lihat dari kemampuan sebuah lembaga pendidikan dalam menyajikan jasa pendidikan diantaranya menggunakan teknilogi informasi. Setidak-tidakbya teknologi informasi yang berguna bagi dunia pendidikan bisa menyajikan aktivitasnya secara lebih cepat dan memiliki nilai tambah sehngga dunia pendidikan akan myaenghasilkan output yang memiliki daya jual (sellable) tinggi. 

Untuk mengidentifikasi daya saing lembaga pendidikan yang marketable dan sellable, ada beberapa kekuatan yang harus menjadi prioritas perhatian para pengambil kebijakan lembaga pendidikan kerna adanya para pesaing lembaga pendidikan yang secara ofensif dan defensive menggunakan teknologi informasi. 

1. Ancana pertama biasanya datang dari para pesaing yang lama, yaitu kumpulan lembaga pendidikan yang menawarkan program pendidikan yang relative sama di mata masyarakat pengguna jas pendidikan. Secara prinsipil teknologi yang di jalankan terhadap program pendidikan yang sama ini bagai mna menciptakan program pendidikan yang harganya terjangkau, kulaitasnya baik, dan disajikan tepat waktu (on time), yang menjadi ancaman disini adalah jika para pesaing telah menggunakan teknologi informasi untuk menyajikan program pendidikan yang Cheaper, better, maupun Faster, 

2. Ancaman dari lembaga pendidikan pendatang batu (threat of new entrant)

Datangnya pendatang baru dalam lembaga dunia pendidikan merupakan jenis ancaman kedua bagi setiap lembaga pendidikan. Dalm era globalisasi infromasi lembaga pendidikan baru adalah lembaga pendidikan yang secara fisik datang dan berada pada lingkungan (local, regional, maupun nasional) lembaga pendidikan tersebuat berada di Negara lain dan kekuatan informasinya dapat menawarkan program pendidikan melalui jalur komunikasi internet. 

3. Ancaman lembaga pendidikan yang menawarkan jasa pendidi pengganti (threat of substitute educations service)

Ancaman ini datang dari kekuatan teknologi informasi untuk mencipatakan program pendidikan pengganti. 

4. Kekuatan tawar-menawar Pemasok/masyarakatyang membutuhkan jasa pendidikan (bargaining power of suppliers)

Jikas sebelumnya datang secara langsung dari para pesaing lembaga pendidikan yang bersangkutan, ancana keempat berasal dari komponen rekan yang merupakan pemasok. Dalam hal ini masyarakat calaon pengguna jasa pendidikan (calan siswa) atau calaon jasa penyaji pendidikan (Pendidik) berkempentingan untuk menciptakan jasa pendidikan yang berkualitas. Jika masyarakat tersebut memutuskan hubungan atau tidak memilih lagi lembaga pendidik tertentu maka lembaga pendidikan yang bersangkutan tidak akan surviv bahkan akan mengalami penuruna jumlah siswa. 

5. Kekuatan tawar-menawar Pembeli (bargaining power of buyer)

Komponen ancaman berikutnya yaitu berasal dari (masyarakat) pengguna jasa pendidikan. 

C. Menciptakan Keunggulan Bersaing Lembaga Pendidikan 

Salah satu fasilitas yang ditawakan oleh teknologi informasi dalam dunia pendidikan adalah pembentukan jaringan komunikasi antar lembaga pendidikan untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas. Ada tiga jenis jaringan yang bisa dibentuk dalam jaringan komunikasi antar lembaga pendidikan yaitu Internet, internal dan ekternal. 

Sistem antarorganisasi (inter organizational system/IOS) akan terbentuk jika dua atau lebih organisasi (lembaga pendidikan) kerja sama dalam pemakaian teknologi informasi. Secara integral ada tiga jenis sistem yang di tawarkan lembaga pendidikan untuk mengimplementasikan IOS. Yaitu sebagi berikut : 

a. Internet : jaringan internal lembaga pendidikan yang menghubungkan antara kantor pusat dan kantor cabang yang terpisah secara geografis, baik local maupun regional

b. Internal : jaringan computer public yang beriorentasi sebagai penghubung lembaga pendidikan dengan para pengguna program pendidikan atau calaon siswa atau mahasiswa. 

c. Ekternal : jaringan yang di gabung sebagai alat komunikasi antarlembaga pendidikan dan lembaga pendukungnya, seperti departemen pendidikan, masyrakat, pemerintah dan dunia usaha. 

Lembaga pendidik yang terkait untuk melakukan IOS memiliki alas an popular yang mendasarinya, yaitu sebagi berikut : 

1. Program Baru (New Programme)

Tujuan di adakan kerjasama antarlembaga pendidikan adalah untuk menghsilkan jasa pendidikan yang tidak mungkin dihasilkan oleh lembaga pendidikan jika berdiri sendiri. 

2. Pelayanan Baru (New Service)

Selain sebagai pelayanan pendidikan yang bersifat fisik, pelayanan baru juga mungkin ditawarkan oleh lembaga pendidikan yang bekerja sama. 

3. Efesiensi 

Alasan mengadakan kerjasama antarlembaga pendidikan, yaitu efesiensi (terlaksananya proses yang lebih murah dan cepat)

4. Hubungan antar lembaga pendidikan dan masyarakat 

Bentuk kerjasam lain terjadi antar lembaga pendidikan dan masyarakat, baik sebagai penyedia calon siswa atau mahasiswa untuk lembaga pendidikan ataupun sebagai pengguna jasa pendidikan tersebut. 

5. Outsercing (menggunakan jasa lain untuk membantu melakukan aktivitas pendidikan)

Lembaga pendidikan dalam menjalankan aktivitasnya tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, baik keterbatasan sumber daya manusia, modal, maupun sarana prasarana, jika plembaga pendidikan tidak memiliki tenaga ahli untuk mempefbaiki atau memelihara peralatan kantor, dapat digunakan perusahaan jasa di bidang pemeliharaan alat-alat kantor,seperti computer. 

6. Membangan citra lembaga pendidikan (Image building)

Masih banyak alas an untuk memutuskan diadakannya kerjasama, baik dengan lembaga pendidikan yang sama maupun lembaga lain yang dapat menunjang kelancaran aktivitas lembaga pendidikan tersebut. Salah satunya adalah bagaimana meningkatkan cirta lembaga pendidikan, terutama di era globalisasi. 

7. Oprasi bersama (Jiont Opreration)

Oprasional yang dilakukan bersama-sama antar lembaga baik antarlembaga pendidikan formal maupun antarlembaga pendidikan formal dan nonformal, yang pada dasarnya dibentuk untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada para pengguna jasa. 

8. Aliansi Strategi (Strategic Alliance)

Hal ini merupakan bentuk kerjasama anatar beberapa lembaga pendidikan untuk tujuan yang bersifat umum dan jangka panjang. Misalnya aliansi antar situasi bagi lembaga-lembaga pendidikan swasta atau perguruan tinggi swasta untuk jurusan tenaga kependidikan baik sekolah tinggi keguruan maupun fakultas Keguruan. 

D. Teknologi Informasi Sebagai Aset Utama Lembaga Pendidikan Dalam Jangka Panjang 

Kecepatan perkembangan teknologi informasi sangan tinggi sehingga sanagt sulit bagi lembaga pendidikan untuk menyususn strategi mempertahankan eksistensisnya dalam jangka panjang, ada tiga kunci utama yang mendudkung teknologi informasi untuk di jadikan asset lembaga pendidikan dalam jangka panjang, yaitu sebagai berikut : 

1. Sumber Daya Manusia 

Yang di maksud sumber daya Manusia adalah staf penanggung jawab perencanaan dan pengembangan teknologi informasi pada sebuah lembaga pendidikan, Faktor SDM yang menjadi staf pengembangan teknologi informasi pada lembaga pendidikan harus memiliki tiga dimensi berikut 

1. Keahlian tekhnik sumber daya manusia sangat di butuhkan dalam dunia pendidikan, mengingat cepatnya perkembangan teknologi informasi yang terjadi, keahlian teknik di miliki seorang staf teknologi informasi Terutama untuk selalu mempelajari hal-hal baru 

2. Pengetahuan mengenai dunia pendidikan biasanya di peroleh dari hasil interaksi antar SDM yang terlibat dalam dunia pendidikan, dan mengetahui proses oprasional lembaga pendidikan yang menggunakan bantuan tekonlogi informasi serta kemungkinan untuk meningkatkan nilai tambah bagi lembaga pedidikan tersebut. 

3. Orientasi pada pemecahan masalah. Hal ini tidak terbatas pada karakteristik SDM secara tradisional yang hanya terpaku pada tugas-tugas rutin, akan tetapi SDM yang di butuhkan cenderung merupakan kumpulan orang yang selalu berpikir keritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang terjadi pada lembaga pendidikan. 

2. Teknologi 

Seluruh infrastruktur teknologi informasi, ermasuk perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)di pergunakan secara bersama-masa dalam proses oprasional lembaga pendidikan karena merupakan tulang punggung terciptanya sistem terintegrasi, dengan biaya relative terjangkau, untuk biaya oprasional, pengembangan, maupun biaya pemeliharaan, dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang lembaga pendidikan harus mengembangkan infrastrukturnya, pada akhirnya, sistem informasi yang di hasilkan akan memiliki potensi yang dapat di percaya (Reliable), akurat (accurate), dan konsisten (consistent) akan dijadikan panduan pengembangan teknologi informasi yang di bangun sejalan dengan strategi pengembangan lembaga pendidikan.

3. Relasi 

Yang di maksud dalam hal ini adalah hubungan tknologi informasi dengan pihak manajemen lembaga pendidikan sebagai pengambil keputusan (decision maker). Menjalin suatu relasi berarti membagi resiko dan tanggung jawab. Dalam mewujudkan relasi ini harus didukung oleh pimpinan tertinggi dari lembaga pendidikan sehingga akan bertanggung jawab pada aplikasi teknologi informasi yang beriorentasi terhadap proses bukan berdasarkan fungsi organisasi. Disamping itu pimpinan tertinggi lembaga pendidikan di harapkan mampu memutuskan sekala prioritas pengmbangan dan implementasi dari teknologi informasi berdasarkan skala kepentingan lembaga pendidikan, serta harus dituangkan dalam cetak biru (blueprint) panduan perencanaan dan pengembangan sistem informasi manajemen pendidikan. 

II.3 Strategi Manajemen Pendidikan Yang Berfokus Masa Depan

Lingkungan internal maupun ekternal lembaga pendidikan selalu berkembang dan bersifat dinamis sehingga menimbulkan kesempatan atau hambatan bagi pertumbuhan lembaga pendidikan tersebut. Penyebab lainnya adalah keputusan yang dibuat oleh pihak manajemen, sebelum menentukan langkah – langkah strategi yang harus dipilih dalam manajemen pendidikan, akan di jelaskan terlebuh dahulu apa yang di maksud dengan strategi. 

Menururt Glueck (1997:5), Strategi adalah satu kesatuan rencana yang komperhensifdan terpadu yang menghubungkan kekuatan strategi organisasi dengan lingkungan yang dihadapinya, kesemuanya menjamin agar tujuan organisasi tercapai. 

Menurut Robson (1997:5) strategi merupakan pola keputusan dari alokasi sumber yang dibuat untuk mencapai tujuan organisasi. 

Selanjutnya menurut Glueck, manajemen strategi adalh sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk mencapai sasaran organisasi. 

Manajemen strategi merupakan keptusan memilih strategi dan bagaimana merencanakan srategi tersebut, agar memberikan dampak pada kemajuan organisasi melalui aktivitas analisis, pemilihan dan implentasi strategi yang telah di tetapkan (Johonson and Scholes (1993:153)).

Dari pengertian diatas, dapat di tarik beberapa kesimpulan pokok bahwa strategi pertama, merupak satu kesatuan rencana organisasi yang komperhensif: kedua, perlu analisis lingkungan: ketiga, tujaun organisasi: keempat, setrategi yang telah di pilih. 

A. Strategi Pendidikan Nasional Dalam Menghadapi Lingkungan Global 

Kerancuan yang terjadi atas pendidikan Nasional dimungkinkan oleh berbagai kebijakan dasar dan strategi implentasinya kurang di dasarkan atas keutuhan konsep dan filosofi, banyak pemikirang yang andi curahkan pada permasalahan Mikro, yakni yang berkait langsung dengan aktivitas pembelajaran, 

Strategi pendidikan Nasional akan mencakup berbagai aspek sistem pendidikan Nasional dengan landasan yang lebih utuh dan kokoh, secara makro, demokrasi, politik, dan libralisasi ekonomi global menjadi pertimbangan utama, secara social pisikologis, pendekatan kepada peserta didik bersifat konstruktif dalm institusi pendidikan yang programnya beriorentasi kepada kepentingan perkembangan pribadi peserta didik serta kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan. 

Dalam hal ini akan dikemukakan beberapa rumusan strategi mengenai substitusi dan metodologi pendidikan serta beberapa rumusan strategi lainnya mengenai organisasi dan manajemen pendidikan Nasonal, Aspek Organisasi manajemen memang tidak dipisahkan dari rumusan tentang subsatnsi dan metodologi pendidikan sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan. 

1. Strategi umum pendidikan Nasional 

Strategi Umum pendidikan untuk menjawab isu pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan dituangkan dalam dua aspek penting, yaitu pertama , tentang demokratisasi pendidikan sebagai konsep: kedua , ditampilkan kelompok sasaran khusus sebagai konsekuensi dari demokrasi. 

a. Demokrasi pendidikan 

Demokrasi pendidikan dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut : 

1. Perluasan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan 

2. Pendidikan untuk semua (education for all)

3. Pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi kemasyarakatan 

4. Pengakuan hak-hak masyarakat termasuk hak pendidikan 

5. Kerjasama dengan dunia usaha dan industry 

b. Kelompok-kelompok sasaran khusus 

1. Anak Dini Usia (PAUD)

2. Keluarga 

3. Penyandang cacat 

4. Anak berkemampuan luar biasa (Gifted)

5. Kelompok anak-anak kurang beruntung 

6. Kaum perempuan 

7. Masyarakat terpencil 

8. Kelompok Usia Prodiktif 

9. Kelompok Usia Lanjut

2. Strategi Pokok Pembangunan pendidikan Nasional 

Dalam merealisasikan strategi pokok pembangunan pendidikan, sedikitnya terdapat lima strategi pokok pengembangan pendidikan Nasional, Yaitu 

1. Mengatasi Dampak Kritis Ekonomi terhadap Pendidikan 

2. Perluasan dan Pemerataan kesempatan pendidikan 

3. Peningkatan mutu dan relevansi Pendidikan 

4. Pengembangan sisitem dan manajemen pendidikan 

5. Pemberdayaan kelembagaan Pendidikan 

3. Karakteristik strategi Pendidikan 

Misi dasar Pola pendidikan yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat, harus memiliki karakteristik Khusus. Yaitu sebagai berikut. 

1. pengutamaan Kemampuan Dasar 

2. Penguasaan Kompetensi Umum 

3. Penyelenggaraan Program Studi dengan Kulifikasi yang dapat dipasarkan (marketable)

4. Pendidikan yang Memiliki kepedulian terhadap teknologi informasi 

5. Pendidikan Agama, Moral, dan budi pekerti 

6. Pendidikan multicultural dan perdamaian

B. Faktor-Faktor yang Mendudkung Pengembangan Strategi Pendidikan 

Berbagai isu Faktor-faktor strategi yang harus diperhitungkan dalam pengembangan strategi pendidikan masa depan yang melipiti pembenahan structural serta peningkatan kualitas dan relevansi. 

1. Pembenahan Struktural 

a. Otonomi dan Akuntabilitas 

b. Strategi Pendanaan 

c. Sumber daya manusia 

d. Diferensiasi 

2. Peningkatan Kualitas dan Relevansi

Berkenaan dengan kualitasdan Relevandi, isu-isu strategi yang perlu diperhitungkan dalam pengembangan strategi pendidikan Nasional adalah sebagai berikut: 

a. Peningkatan dan penjamunan kulitas 

b. Keterampilan Menulis di Kalangan Tenaga Pengajar 

c. Relevansi

d. Penyedian dan Perluasan Akses Kependidikan Tinggi 

3. Pengembangan Kapibilitas Pendidikan Nasional 

Kapabilitas Pendidikan nasional yang diharapkan di masa mendatang dapat memenuhi tuntunan pasar yang membutuhkan lulusan lembaga pendidikan yang ada. Untuk mendudukng kapabilitas tersebut, diperlukan factor-faktor yang mendasarinya, yaitu sebagi berikut : 

a. Pengurangan Ketregantungan Pendidikan terhadap Pemerintah Pusat 

b. Penyelenggarana Pendidikan yang Demokratis, Akuntabel, dan Bermutu 

c. Kurikulum yang mampu membentuk kepribadian dan Profesionalisme 

d. Penerapan Filsafat Konstuktivisme 

e. Penerapan Pendekatan Rekonstruksi Sosial 

f. Implikasi Konstuktivisme terhadap Proses Belajar 

4. Desentralisasi Pendidikan 

Desentralisasi Pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan Lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Hal ini akan memacu indicator yang sangat signifikan dalam memenuhi kebutuhan lulusan yang memiliki kapabilitas sesuai dengan pasar tenaga kerja. Beberapa indicator yang melandasi desentralisasi pendidikan adalah sebagai berikut. 

a. Pengaturan Perimbangan Kewenangan Pusat – Daerah 

b. Manajemen Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan 

c. Pengutan Kapasitas Manajemen Pemerintah daerah 

d. Pendayagunaan Bersama Sumber Daya Pendidikan 

e. Hubungan Kemitraan Antara Stakeholder Pendidikan 

f. Pengembangan Infrastruktur Sosial 

5. Akuntabilitas Pendidikan 

Agar Lembaga Pendidikan Memiliki Keunggulan dan dapat diterima oleh pengguna jasa Pendidikan, Perlu Menerapkan Berbagai Kriteria Pendukungnya Sebagai Berikut.

a. Peranan Profesionalsime Manajemen Pendidikan 

b. Peranan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Bidang Pendidikan 

c. Peningkatan Kesejahteraan dan penerapan Sistem Pengembangan Karis Guru 

d. Penegakan Legalitas Penyelenggaraan Pendidikan 

e. Optimalisasi Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan 

C. Masalah-Masalah yang dihadapi Pendidikan Nasional 

Tanggal 2 Mei telah emnjadi momentumyang tepat untuk mengenang bagai mana dahulu Ki Hajar Dewantara dengan tulus mendirikan sekolah taman siswa. Beliu sama sekali tidak memikirkan bahwa akan meraup keuntungan financial dari sekolah itu untuk menopang hidupnya apalagi untuk hidup mewah dari kegiatan pembelajaran, beliu hanya punya keinginan masyarakat itu menjadi pintar hingga terbebas dari berbagai bentuk penjajahan. Setelah hampir satu abad berlalu, tampaknya pendidikan masih menjadi persoalan komplek yang belum juga menemukan solusi tepat menuju arah yang lebih baik, saat ini titik awal perbaikan pendidikan masih manjadi bahan perdebatan yang tidak kunjung selesai bagi para ahli pendidikan, setelah polemic Undang-undang sistem Pendidikan NAsional Selesai, kini hangat dibicarakan perlu tidaknya ujian akhir Nasional (UAN). Mereka terus memeprdebatkan hal ini sementara kualitas lulusan pendidikan secara Nasional terus menurun di tingkat dunia, bahkan Asia. Perkembangan dunia pendidikan nasional sangat dipengarihi oleh berbagai Faktor, baik factor internal maupun ekternal : 

1. Faktor Internal 

Faktor internal yang mempengaruhi kondisi pendidikan meliputi hal-hal berikut: 

a. Dampak manajemen yang sentralistik 

Meskipun banyak keberhasilan yang telah dicapai dunia pendidikan dalammembuka akses yang lebih luas, upaya untuk mengembangkan suatu sistem pendidikannasional telah menimbulkan akibat-akibat yang negative. Secaraperlahan namun pasti, kecenderungan tentang terjadinya sntralisasi yang berlebihan (over centralization) pada pemerintahan pusat telah dirasakan hampir pada semua aspek manajemen pendidikan. 

b. Mekanisme Pendananan oleh Pemerintah

Berdasrkan pengamatan, pemerintah haya menyerahkan semua mekanisme ini kepada pasar dan sama sekali tidak ada proteksi untuk masyarakat yang kurang mampu, jika ada sedikit keberpihakan pemerintah terhadap dunia pendidikan banyak strategi yang bisa dilakukan. 

c. Manajemen dan Organisasi

Lembaga pendidikan dibawah naungan Depdiknas harus tunduk kepada peraturan-peraturan yang berlaku secra seragam unruk semua lembaga pendidikan. Kebijakan seperti ini telah menimbulkan banyak pengaruh negative terhadap kehidupan lembaga pendidikan. Banyak tenaga pengajar/guru ramai-ramai mencari penghasilan tambahan di luar kegiatan utamanya karna kurangnya insentif yang diterima. Ketidak mampuan lembaga pendidikan dalam meberikan insentif tambahan yang berprestasi akibat kurangnya akuntabilitas dan sustainabilitas serta kecenderungan penetapan tujuan yang tidak realistis. 

d. Sumber daya Manusia 

Meskipun usaha meningkatkan mutu tenaga pendidikan terus dilakukan, secara umum kualifikasi pendidikan guru/dosen di Indonesia masih belum memadi. Di samping suasana akademik belum memuaskan dan staf administrasi pendidikan masih jauh dari memadai untuk mendukung tuntunan tugas administarsi pendidikan di setiap blembaga pendidikan yang ada. 

2. Faktor Ekternal 

Sedang factor ektenal yang mempengaruhi sistem pendidikan nasional adalah sebagi berikut. 

a. Globalisai 

Bersamaan dengan kemajuan teknologi informasi, globalisasi telah membawa paradigm baru dalam lingkungan pendidikan nasional berkenaan dengan penyelenggaraan proses pendidikan nasional yang dewas ini sedang mengalami tranfortasi yang lebih komperhensif dan multidisifliner. Manakala perubahan terjadi dalam suatu masyarakat, pimpinan baru muncul di berbagai lembaga pendidikan yang membawa semangat keilmuan yang mantap. Hal ini menjadi ciri dari pembaharu dunia pendidikan yang muncul saat perubahan besar sedang berlangsung. 

b. Perkembangan Ekonomi Nasional 

Dalam pemulihan ekonomi pascakrisis, strategi perkembangan ekonomi nasional sangat kuat di kendalikan oleh lembaga moneter internasional, yaitu IMF dunia pendidikan harus tampil cermat mengamati dan memantau perkembangan ekonomi nasional agar secara terus-menerus dapat meningkatkan relevansinya. 

c. Politik 

Meskipun sebagain masyarakat meragukan kemampuan pemerintah untuk melakukan reformasi structural, pemerintah yang legitimate sekarang mempunyai potensi besar untuk membawa bangsa melepati priode yang sulit, melalui suatu arah atau langkah baru, seperti memerkenalkan paradigma baru dari sistem pendidikan, memerlukan kemampuan untuk meyakinkan para elite strategis di lingkungan birokrat, kelompok-kelompok yang berkepentingan, dan masyarakat umum lainnya tentang pentingnya arah baru yang akan ditempuh, pendidikan sebagai salah satu alat untuk mempersatuakan bangsa ini diharapkanberpihak banyak dalam menggalang persatuan terutama dalam mewujudkan tujuannya, yaitu meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa. 

d. Sosial Budaya 

Merton memperkenalkan suatu paradigm yang dikenal dengan paradigm merton untuk komunitas pendidikan, yang terdiri atas universalisme, komunalisme, tampa pamrih (disinterestedness), dan skeptisisme terorganisasi (organized skepticism). 

e. Teknologi 

Jasa pendidikan missal lebih mengandalkan keterampilan setandar yang cenderung seragam dengan model pendidikan yang lebih fleksibel dan menuntuk kreativitas, inovasi dan kerjasam tim . saat ini tidak sesuai lagi dengan tuntunan lingkungan industry yang menganut model prodiksi yang fleksibel, pluralitas, desentralisasi, serta otomoni pendidikan merupakan aspek-aspek kritis yang memungkinkan tumbuhnya kreativitas dan inovasi di lingkungan pendidikan, hal ini sesaui dengan dunia industry/dunia bisnis yang semakin berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi terutama tekonologi informasi, yang membawa masyarakat Indonesia memembus wilayah geografis, local, nasional, maupun internasional, yang tidak mengenal batas, oleh karna itu lembaga pendidikan harus mempersiapkan diri menghadapi situasi saat ini, orang yang terlibat dalam dunia pendidikan harus mulai melirik (MELEK) terknologi untuk lebih meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dalam mewujudkan dunia pendidikan yang di harapkan semakin memiliki arti dengan didukung oleh kualitas yang biasa diandalkan oleh masyarakat pengguna jasa pendidikan. 

D. Membangun Sistem Pendidikan Yang Berbudaya di Era Globalisasi 

Bagaimana membangaun sistem pembangunan yang tangguh agar mampu menghasilkan sumber daya manusia yang siap memasuki era gelabalisasi, ada dua pengertian dasar yang perlu dicatat dlam memahami konteks ini. 

Petama, sumber daya manusia tidak di artikan sebagai sumber daya dalam konteks ekonomi tetapi jauh lebih bernilai, yakni sebagi insane dengan segala keutuhannya (human being as a whole). Dengan arti pengertian tersebut, sumber daya manusia tidak dipandang sebagai Faktor produksi setara dengan sumber daya lainnya tetapi lebih kea rah sebuah asset yang lebih dipelihara dengan baik karena manusia adalah makhluk tuhan yang paling sempurna. 

Kedua, pendidikan tidak dipandang sebgai “ramuan ajaib” yang mampu memecahkan segala permasalahan dalam membangun dunia dengan segala bentuk cita-citanya, akan tetapi, pendidikan harus dipandang sebagai salah satu wahana utama untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. dengan demikian jika terjadi kesalahan dalam kehidupan social kemasyarakatan, tidak bebrarti bahwa sistem pendidikan satu-satunya yang bertanggung jawab terhadap berbagai bentuk kesalahan tersebut.

1. Pentingnya Setrategi Budaya 

Dalam Era Gelobalisasi budaya ibi ada tiga aspek kehidupan yang kan berubah dan cenderung terus berubah, yaitu budaya 3-F budaya makan (food), budaya berbusana (fashion), budaya memenuhi kesenangan hidup (fun), ancaman gelobalisasi yang paling mendasar adalah Globalisasi Budaya yang berdampinganan dengan organisasi ekonomi maka strategi yang harus diutamakan adalah strategi budaya yang tidak salah pentingnya dari strategi ekonomi, Indonesia memiliki satu departemen yang sanggup menjadi paying dunia pendidikan, yaitu departemen pendidikan Nasional yang memiliki mandate utama membangun manusia Indonesia yang terdidik dan berbudaya. 

2. Masalah utama Pendidikan 

Ada beberapa masalah internal pendidikan yang dihadapai, antara lain sebagai beritut :

a. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai banyaknya peserta didik yang putus sekolah, serta banyknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hal ini identik dengan ciri-ciri kemiskinan. 

b. Rendahnya mutu akdemik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA), Matematika, serta Bahasa terutama bahasa Inggris padahal penguasaan materi tersebut merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan IPTEK. 

c. Rendahnya efesiendi internal karna lamanya mata studi melampau waktu setandar yang telah ditetapkan.

d. Rendahnya efesiensi ekternal sisitem pendidikan yang disebut dengan relepansi pendidikan, yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang cenderung terus meningkat. 

e. Terjadinya kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan lunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan social, seperti terjadinya tauran pelajar dan kenakalan Remaja. 

Masalha-masalah di atas, erat kaitannya dengan kendala seperti keadaan geografis, demografis, serta sosio-ekonomi, kemiskinan juga merupakan salah satu kendala yang memiliki hubungan erat dengan masalah pendidikan. Rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan tidak hanya di sebabkan oleh adanya kelemahan manajemen pendidikan tingkat mikro lembaga pendidikan,

3. Membangun Sistem Pendidikan yang Bagus 

Langkah-langkah strategis sistem pendidikan, antara lain sebagai berikut 

a. Meningkatkan evesiensi dan evektivitas manajemen pendidikan, baik pada tingkat mikro maupun tingkat makro. 

b. Menciptakan kelembagaan agar daerah mempunyai peranan dan keterlibatan yang lebih besar dalam menyelenggarakan pendidikan. 

c. Mendorong peran serta masyarakat termasuk lembaga social kemasyarakatan dan dunia usaha sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan dan penyelenggaraan pendidikan. 

d. Ada sistem pendidikan nasional, terutama pendidikan keagamaan yang mengelola sekolah dasar islam (Madrasah) yang sebagian besar dikelola oleh lembaga social social kemasyarakatan termasuk pendidikan pesantren, akan tetapi, lembaga pendidikan swasta belum dapat menujukkan tingkat kualitas yang memadai. 

e. Menyediakan fasilitas yang memadai agar peserta didik tumbuh dan berkembang secara sehat, dinamis, kreatip dan prodiktif, bagi anak-anak sekolah terutama diperkotaan, yang paling dibutuhkan adalah fasilitas bermain dan olehraga, idealnya halamn depan dan halaman belakang sekolah luas sehingga energy dan kereativitas anak dapat di ekpresikan secara optimal. 

f. Menciptakan sistem pendidikan yang proaktip dan felksibel, sistem pendidikan tersebut dapat mewujudkan konsep keterkaitan dan kesepadanan (link and match). 

g. Menciptakan suasana dan proses belajar mengajar yang mampu membangkitkan dan mengembangkan kreativitas, inovasi, serta minat, dan semangat belajar. 

h. Menanamkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sejak dini di tingkat sekolah dasar dalm rangka menumbuhkan budaya IPTEK. 

i. Mengembangkan daya juang (fighting spirit), profesionalisme, dan wawasan keunggulan, profesionalisme dan wawasan keeunggulan merupakan kata kunci yang perlu di sosialisasikan dalam upaya membangaun sumber daya sumber daya manusia yang berkualitas di era industrialisasi dan globalisasi. 

j. Mengembangkan sikap hidup yang hemat, cermat, teliti, tertib, tekun, dan disiplin, nilai-nilai tersebut merupakan nilai dasar yang harus tertanam dalam setiap individu. 

k. Menumbuhkan moral dan budi pekerti luhur sehingga pengejawantahan dari keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha Esa. Nilai-nilai moral dan budi pekerti ini lebih lebih-lebih memilikimakna yang sanagt luas dan teramat penting dalam penanaman dasar moral anak didik menghadapi era gelobalisasi ini. Menurut Delors (1992) menyatakan bahwa pilar yang memperkokoh bangunan sistem pendidikan adalah (1) learning how to know (2) learning how to do (3) learning to live together (4) learning how to be. 

4. Meningkatkan Kualitas Guru 

Menyimak berbagai permasalahan, Visi dan Misi Pendidikan, kita yakin bahwa peran guru atau dosensangat penting, dari semua unsure yang terdapat dalam sistem pendidikan, guru atau dosen merupakan factor yang sangat menentukan kualitas sebagai output utama dari sistem pendidikan, upaya peningkatan guru menjadi sangat penting dan setrategis, prasyarat yang ditetapkan adalah guru sekolah dasr minimal harus memiliki kualifikasi diploma dua (D-2), dalam permasalahan guru dihadapkan kepada beberapa persoalan kunci sebagai berikut 

a. Jabatan guru ini cenderung tidak menarik karena berbagai factor terutama menyangkut tingkat kesejahteraan dan pengembangan karir. 

b. Lulusan perguruan tinggi lebih tertarik bekerja dilembaga bisnis daripada menjadi tenaga pengajar di perguruan tinggi. 

c. Banyak terjadi guru mengajar tidak sesuai dengan kulaifikasi keahlian yang dimilki. 

d. Adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan (demand) dengan pengadaan (supply) guru bidang studi matematika dan ilmu pengetahuan alam untuk tingkat SLTP dan SLTA masih cukup besar, manun pengadaan guru bidang studi ilmu pengetahuan social sungguh banyak akhirnya mengalami kejenuhan sehingga tidak dapat diperdayakan lagi sesuai dengan kulifikasi kelulusannya. 

Pola pembinaan karir guru yang berlaku saat ini, tampaknya belum dapat membedakan adanya penghargaan dalam promosikenikan pangkat antara professional dan tidak professional. Kenyataan lain insentip guru yang berprestasitampaknya sangat kelasik tetapi sampai saat ini belum terpecahkan secara mendasar. Lembaga pendidikan seperti IKIP/LPTK diharapkan menemukan terobosan untuk mengatasi masalah yang sudah semakin komplek, serta perlu keterlibatan pihak lain yang tekait, dalam era informasi guru sebagai pengajar dalam arti menyampaikan informasi sudah bergeser, di bnyak tempat impormasi dengan mudah dapat dipilih dari berbagai sumber, seperti televise, radio, majalah, Koran, maupun internet. Jadi saat ini guru bukan satu-satunya penyampai informasi dan perannya juga bergeser menjadi fasilitator dan motivator. Naum fungsi guru sampai kapan pun perlu dipertahankan. Guru harus tetap menjadi idola siswa dan berperan sebagai factor utama dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik, pergeseran fungsi tersebut menuntut perlunya penyesuian salam sistem pendidikan dan pola pelatihan guru, termasuk sistem pendidikan id IKIP maupun lembaga pendidikan tenaga kependidikan lainnya. 

II.4 Teknologi Informasi dalam Perspektip Pendidikan 

Teknologi informasi (TI) merupakan sebutan lain dari teknologi computer, yang di khususkan untuk pengolahan data menjadi informasi yang bermanfaat bagi sebuah organisasi termasuk organisasi pendidikan, IT ini terus mengalami perkembangan baik dari bentuk, ukuran,kecepatan, dan kemampuan untuk mengakses multimedia dan jaringan computer, perkembangan itu disebabkan tingginya tingkat persaingan antar produsen prosesor kumputer, seperti intel, Motorola, Apple, DEC, dan lainnya. 

Perkembangan prosesor tersebut mencapai tingkat yang sangat tinggi dalam sepuluh tahun terakhir, jia di amati secara rinci perkembangan setiap seri prosesor, hampir berhimpitan terciptanya prosesor baru dengan sepesifikasiyang semakin tinggi. 

Persaingan dalam perkembangan prosesor telah mendorong pertumbuhan industry IT karna setiap prosesor baru di ciptakan, dibutguhkan sepesifikasi baru, khususnya yang terkait dengan RAM dan kapasitas pengingat sekunder seperti hardisk penciptaan prosesor dengan sepesifikasi baru telah member tantangan bagi produsen software untuk mengimbanginya dengan menciptakan sistem oprasi dan aplikasi baru yang mampu mengoptimalkan sepesifikasi prosesor dengan perangkat hardware secara keseluruhan. 

A. Gelombang Inovasi Teknologi

Teknologi informasi pada saat ini telah menjadi pembicaraan/perbincangan yang sangat menarik, mengingat teknologi informasi ini merupakan salah satu unsure penting yang dapat mendorong keunggulan bersaing sebuh organisasi, baik organisasi bisnis maupun organisasi social. Hal ini diyakini bahwa sebuah lembaga yang dapata menguasai teknologi informasi maka lembaga tersebut akan memenangkan persaingan. 

Menurut Budi Sutedjo (2002:49) gelombang teknologi informasi yang berbasis internet berkembang melalui beberapa tahap sebagai berikut 

a. Gelombang pertama, pemanfaatan TI difokuskan untuk meningkatkan produksi dan memperkecil biaya. Bagai organisasi yang menerapka teknologi tersebuat akan melakukan otomatisasi kegiatan rutinnya, seperti surat-menyurat, slide presentasi, pembuatan tabel dan neraca, aplikasi yang digunakan, antara lain word, excel, power point, dan access

b. Gelombang kedua, Ti difokuskanuntuk meningkatkan epektipitas penggunaan pelaratan computer melalui pembangaunan jaringan computer. Jaringan ini dibangun dengan cara menghubungkan Komputer-komputer dengan menggunakan kabel dan kartu jaringan sehingga printer, harddisk dan peralatan lain dapat digunakan secara serempakl, jaringan ini dapat menghemat biaya investasi dan mempercepat distribusi data dan informasi. 

c. Gelombang ketiga, difokuskan untuk menghasilkan keuntungan untuk lewat pembangunan program sistem informasi pelayanan administrasi akademik sistem informasi pelayanan akademik keuangan, maupun sistem informasi pelayanan umum, yang kesemuanya berbasis teknologi informasi dan menguntungkan bagi pihak universitas maupun mahasiswa yang dilayani. 

d. Gelombang keempat, TI difokuskan untuk membantu proses pengambilan keputusan dari data kualitatif, seprti pembangunan sistem pendukung keputusan (DSS/Decision support system) bagi penerimaan pegawi, penilaian prestasi pegawai, peningkatan jenjang karir pegawai dan lain sebagainya (back office)

e. Gelombang kelima, TI difokuskan untuk meraih pelanggan (konsumen) melalui pengembangan jaringan internet, membangun explorasi besar-besaran terhadap internet, maka dalam hal ini munculah dalam dunia bisnis apa yang di sebut electronic business (e-business) dan e-commerce, dalam sistem pendidikan berbasis internet, apa yang disebut e-learning, e-campus, e-school yang mampu menjangkau para pengguna jasa pendidikan baik local, nasional, maupun gelobal. 

f. Gelombang keenam, TI yaitumenggunakan sistem jaringan tanpa kabel (wireless), sisitem tersebut memungkinkan seseorang mengakses internet melalui computer yang terhubung ke telepon seluler, bahkan internet dapat diakses langsung lewat ponsel, gelombang inovasi ini menunjukan bahwa TI dapat digunakan untuk komunikasi efektif dengan konsumen dan mitra kerjanya. 

B. Menyambut Teknologi Informasi dalam Dinia Pendidikan

Liam tahun terakhir, TI yang berbasis internet betul-betul berkembang seperti jamur di musim hujan, banyak perusahaan lima tahun lalu belum ada, sekarang sudah sukses dengan pendapatan miliaran dolar berkat bantuan TI internet, berdasrkan setatistik jumlah situs (websites) di dunia telah berlipat ganda jika dilihat pada http://www.isc.org hal ini menunjukan betapa pentingnya TI dalam dunia bisnis maupun dalam setiap aspek kehidupan manusia. Untuk menggunakan pasislitas intenet seseorang memerlukan computer pribadi (personal komputer), dengan demikian, tidak mengherankan jikaperkembangan penjualan computer mempunyai kecenderungan meningkat seiring dengan setatistik penggunaan internet, oleh karna itu, perkembangan TI akan mengubah cara hidup manusia dan proses peribahan itu sedang dialami saat ini. 

Dalam kebutuhannya sehari-hari banyak orang yang membeli buku, makanan maupun minuman, atau mengikuti lelang berbagai jenis produk menggunakan TI internet, hal ini tidak terbatas pada jangkauan kota ataupun luar kota. Akan tetapi, sampai lintas Negara dengan sistem hubungan langsung pada waktu yang sama atau (real time). Inilah yang disebut dengan revolusi dalam kehidupan social atau cara hidup manusia saat ini, aktivitas seperti ini sering disebut dengan e-commerce.

Lembaga pendidikan melihat bahwa TI sebagai alat yang sangat menarik untuk membuat oprasional organisasi lebih efesien, tujuannya adalah menghapus posisi penyambung komunikasi dari dua tempat yang berkepentingan, juga menghapuskan batas waktu untuk oprasi internasional dengan konsep real time, ileh karena itu, sebuah lembaga penddidikan dapat pelanyani pelanggannya secara efesien, biaya yang dikorbankan juga akan lebih rendah karena pengurangan tenaga kerja, artinya. TI merupakan salah satu fasilitas lembaga pendidikan yang lebih tepat dalam melanyani pelanggan dan memuaskan pemilik lembaga pendidikan tersebut (share holder). Hubungan antarlembaga pendidikan juga mengalami evolusi ataupun revolusi sejalan dengan munculnya e-learning, e-school, jadi, proses pembelajran yang dilaksanakan malalui TI, hasil dapat dipastikan lebih unggul karena formulasi pola pembelajaran sudah dibuat fleksibel sesuai dengan kebutuhan penyedia maupun pengguna jasa pendidikan. Disamping itu, muatan mata pelajaran yang dirikan bisa dimodifikasi melalui internet yang bersumber dari database atau kasus-kasus real, bahkan fenomena-fenomena social yang terjadi di berbagai kota maupun berbagai Negara. 

Sekarang banyak universitas di Amerika serikat menawarkan dan melaksanakan kegiatan edukasinya dengan menggunakan edukasinya dengan menggunakan internet. Jadi, peserta pendidikan (mahasiswa) yang berda di Amerika, Afrika, maupun di Indonesia asal tersedia jaringan internet dapat menikmati edukasi dan gelar pendidikan di Amerika tanpa harus menguasasi dalam beberapa tahun ke kota dimana universitas tersebut berada.

Dengan perkembangan TI yang demikian cepat dan merambah kesemua sector kehidupan manusia, demand terhadap para ahli TI punsemakin meningkat. Disamping dampak positif perkembangan IT dala mengbah berbagi aspek kehidupan manusia, dampak Negatif pun muncul yaitu adanya pengurangan tenaga kerja, ibarat dua sisi mata uang. Di sini lain TI menyediakan banyak peluang pekerjaan dengan kompotensi yang berada di sebelumnya, jadi, diperlukan adalah kompotensi tenaga kerja bidang keahlian TI. 

C. Model Pembelajaran dengan E-Leraning

Proses Pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan e-learning tidak dapat disamakan dengan lembaga pendidikan pada umumnya, juga berada dalam pola pembelajaran konvensional yang hanya menggunakan metode tatap muka, prosespembalajaran e-learning adalah perpaduan antara metode tatap muka dengan mtode on line (via internet dan berbagai pengembangan teknologi informasi lainnya. Metode pembelajaran tradisional saat ini memerlukan sebuah perubahan dalam kaitannya dengan proses adaptif dan memeprsiapkan para peserta didik agar siap menjadi knowledge workers). 

E-learning sebagai sebuah wacana baru lebih sesuai untuk peserta didik dengan karakteristik di atas, keterbatasan waktu, keterbatasan tempat belajar, keterpisahan jarak secara geografis, dan peserta didik untuk belajar di tempatnya sendiri, hal ini akan terpenuhi jika metode yang digunakan adalah e-learning. Dengan demikian e-learning telah memperbesar kesempatan bagi individu untuk mendapatkan pendidikan yang diinginkannya sekaligus mempercepat terciptanya masyarakat yang berpengetahuan (knowledge society). Bill gates pernah mengemukakan bahwa teknoligi baru akan memainkan peran penting dalam proses pembelajaran, baik yang dilakukan yang didalam maupun dan diluar kelas. 

Proses pembelajaran secara on line dapat diselenggaran dalam berbagai cara berikut. 

a. Proses pembelajaran secara konvensional (lebih banyak face to face meeting) dengan tambahan pembelajaran melalui media interaktif computer via internet atau menggunakan gerafik interakfit computer. 

b. Dengan metode campuran, yakni secara umum sebagaian besar proses pembelajaran dilakukan melalui computer, namun juga tetap memerlukan face to face meeting untuk kepentingan tutorial atau mendiskusiakan materi ajar. 

c. Metode pembelajaran yang secara keseluruhan yang haya dilakukan secara online, metode ini sama sekali tidak ditemukan face to face meeting.

Model mebelajaran yang dikembangkan melalui e-learning menemukan pada resource based learning, yang juga dikenal dengan learner-contred learning dengan model ini, peserta didik mampu mendapatkan bahan ajar dari tempatnya masing-masing (melalui personal Komputer/PC di rumah masing-masing atau dikantor) keuntungan model pembelajaran seperti ini adalah tingkat kemandirian peserta didik menjadi lebih baik dan kemampuan teknik komunikasi mereka menunjukan kemajuan yang menggembirakan. Dengan model ini komunikasi antar peserta didik dengan para staf pengajar berlangsung secara bersamaan atau sendiri-sendiri melalui melalui dukungan jaringan computer. resource based learning dilengkapi dengan virtual library dan call center, komitmen terhadap model pembelajaran tersebut ditentukan dengan formula pada tahun pertama peserta didik hanya mendapatkan bahan ajar melalui CD-ROM, tahun kedua dan keempat mereka medapatkan bahan ajar lealui website. Kemudian dikembangkan lagi ke sistem intruksi yang berbasis jaringan yang di sebut virtual instructional support system (VOISS). Proses pembelajaran secara fisik di bnagku sekolah/tempet kuliah akan menjaga value dari human instruction, sedangkan e-learning akan memberikan aspek pada knowledge resource yang sangat kaya dari internet. 

D. Pendidikan Internet Bagi Anak Sekolah 

Sebagaimana dikemukakan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab 1 ayat (14) bahwa : pendidikan anak usia dini adalah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, Meliat peluang yang cukup menarik dan sejalan dengan pertanyaan tersebut, saat ini banyak bermunculan lembaga-lembaga pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak usia dini, mulai dari kelompok bermain (play goup) maupun tempat penitipan anak (TPA) yang di pelopori oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) terutama dikota-kota besar di Jakarta. 

Meliat peluang yang sangat cukup menarik, tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh beberapa kalangan bahwa sebuah lembaga pendidikan akan menyiapkan sebuah tawaran yang menarik bagi peserta didiknya. Hal ini dilakukan bukan semata-mata untuk menarik jumlah peerta didik yang lebih banyak, tetapi lebih dari tawaran ini secara filosofi mempunyai keinginan untuk memperkenalkan teknologi keompuer kepada anak didik lebih awal. Dengan demikian, pada saatnya nanti mereka harus betul-betul berhadapan dengan dunia nyata yang penuh dengan persaingan dan setiap aktivitas menentukan mereka menggunakan teknologi teknologi informasi, dan mampu mengoprasionalkannya. 

Saat ini banyak lembaga pendidikan yang menawarkan salah satu muatan pendidikan khusus pendidikan computer multimedia (internet). Mulai dari pesrta didik persekolahan sampai keperguruan tinggi. Begitu juga orang tua yang anaknya mengikuti kelompok bermain (plat group) meliki keuntungan , yaitu dapat memantau aktivitas anaknya di sekolah. Antara lain berkat fitur thankwace Educator pada situs www.thankwace.com dengan pirarti berupa PC berakses internet yang terhubung dengan fitur sistus tersebut telah dipalang kamera web. Orang tua bisa memantau setiap aktivitas yang sedang dilakukan anak-anaknya di kelas. Selain kemampuan untuk memantau aktivitas anak, www.thankwace.com dilengkapi jadwal kehadiran, kalender pendidikan, nilai setiap siswa, dan catatan guru yang setiap anak, untuk komunikasi antara guru dan orangtua sebagain dilakukan via-email. 

Meskipun program tersebut tidak menginduk kepada kurikulum Depdiknas, banyak orang tua siswa mendapat nilai fositip, sebab program tersebut dapat memberikan wawasan dan pengetahuan setra kemampaun belajar mengenal computer dan internet lebih awal, akantetapi dalam pelaksanaannya, pengawasan dan pengarahan guru dan orang tua tetap dipelrlukan, sehingga informasi yang diterima siswa betul-betul infromasi yang bermanfaat seperti pelajaran puzzle, game, dan berhitung dapat meningkatkan rangsangan pada pola pikiranak. 

E. Acton Learning dalam Pendidikan 

Action learing sangat populerdalam kalangan akademisi dan praktisi sumber daya manusia (SDM) karna pendekatan ini banyak dilakukan dalam pelatuhan dan pengembangan SDM, baik SDM di perusahaan maupun SDM di lembaga pendidikan, dalam menguraikan acion learning setiap orang memiliki pandangan yang berbeda, tergantung pada isi kajian mana yang mereka lakukan. 

Action learning dicetuskan ole reg revans tahun 1971 di Amerika Serikat. Pada dasarnya pendekatan ini diperuntukan bagi keryawan perusahaan, makin berkembang dan banyak dibutuhkan organisasi-organisasi nonbisnis termasuk organisasi pendidikan. Revan menggambarkan action learning merupakan sebuah cara pengembangan intelektual, emosi, merupakan fisik seseorang atau kelompok yang telah terlibat dalam sebuah organisasi, pengembangan ini dilakukan melalui keterlibatan penuh dalam masalah organisasi yang sangat kompleks. Sasaran yang ingin dicapai dalam pendekatan ini adalah terjadinya partisipasi aktif dari setiap unsure organisasi untuk peroses pemecahan masalah. 

Dalam ection learning terdapat tiga komponen, yaitu (1) orang yang menerima tanggung jawab untuk bertindak mengenai masalah yang di hadapi (pimpinan lembaga pendidikan), (2) tugas yang di tetapkan untuk semua unsure organisasi (job description), dan (3) tim kerja yang akan merumuskan berbagi permasalahn yang dihadapi organisasi atau lembaga yang saling mendukung agar terjadi sinergi untuk memajukan organisasi. 

Pendekatan action learning paling pas digunakan untuk kebutuhan lembaga pendiikan, misalnya kebutuhan dalam proses pembelajaran, mengindetifikasi peluang penyempurnaan proses pembelajaran, merancang program pembelajaran, dan merealisasikan visi dalam oprasionalisasikan pendidikan, action learning digunakan jika dibutuhkan yang akan di bahas lebih sederhana, jelas, kritis, dan bersifatsegar. Misalnya, lembaga pendidikan yang ditentukan oleh departemen terkait tanpa memperhatikan kapabilitas maupun akuntabilitas seperti lembaga pendidikan. 

Adapun situasi sebuh lembaga pendidikan yang membutuhkan action learning telah gteridentifikasi, harus dipersiapkan sebuah tim action learning untuk menanggapi permaslahan yang dihadapi, anggota tim action learning yang cocok dipilih, yaitu memiliki kemampuan dan keterampilan terutama dalam lembaga pendidikan adalah guru-guru yang memiliki keterkaitan langsung dengan oprasional lembaga pendidikan. Dengan demikian, tim yang dipersiapkan akan betul-betul memiliki visi dan misi untuk memecahkan maslah yang dihadapi berkaitan dengan kualitas pendidikan yang dihasilkan. Untuk menciptakan kreativitas di antara anggota tim, diperlukan para anggota yang memiliki latar belakang pengetahuan dan keterampilan, sikap yang positif dan terbuka, serta disiplin keilmuan yang berbeda karena seluruh anggota tim harus dapat bekerja sama dalam jangka. Disamping itu, seluruh anggota tim harus memiliki kepentingan untuk menyempurnakan situasi maupun kondisi yang sedang dihadapi bersama. 

Action learing juga membutuhkan fasilitator ini berkaitan membantu agar tim dapat bekerja sama secara serempak . misalkan konsultan fasilitator dibidang pendidikan memiliki kapabilitas dalam memecahkan masalah yang dihadapi lembaga pendidikan dan tidak mengetahui situasi lembaga pendidikan yang sebenarnya. Dengan demikian, dalam membahas permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan bersikaf lebih objektif dan mendalam. Yang wajib dimiliki oleh seorang fasilitator adalah kemampuan untuk membantu proses kerja sama tim action learning. 

action learning harus mengacu pada konsep belajar kerana pada dasrnya bagi seorang manusia belajar adalah proses yang terjadi secara bertahap, sedikit demi sedikit, dan harus berulang-ulang , action learning juga terjadi mealalui upaya yang bersifat ekspremental atau simulasi sehingga diperlukan upaya untuk terjadinya ahli pembelajaran pada situasi yang nyata dan berkaitang dengan semua aktivitas lembaga pendidikan serta semua orang yang terlibat di dalam lembaga tersebut, untuk lebih jelasnya, model kerja action learning dapatdigambarkan dalam diagram berikut.
F. Sinergi Positip dan Negatif Sistem Informasi Dan Strategi Pendidikan 

Sinergi Negatif dan positif antara sistem infomasi dengan strategi lembaga pendidikan. Pada gambaran pertama, sistem informasi tidak mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pihak manajemen lembaga pendidikan dalam proses pembuatan keputusan karna tidak didukung oleh sistem informasi yang ada, dalam konsep sistem informasi pendidikan untuk menyajikan informasi yang dibutuhkan akan membawa dampak terhadap strategi lembaga pendidikan, dampak yang dihasilkan adalah strategi lembaga pendidikan yang meragukan pengambil keputusan karna disusun berdarkan informasi yang terbatas dan ini lah sinergi negatif yang dihasilkan. 

Sedangkan sinergi negatif adalah sinergi antar sistem informasi yang disajikan dengan baik serta pemahaman strategi lembaga pendidikan yang menandai. Keduanya akan menghasilkan sebuah strategi lembaga pendidikan yang baik dan bisa dipertanggung jawabkan. Secara sederhana kedua sinergi tersebut dapat di gambarkan dalam matriks berikut. 

KUDADRAN II KUADRAN I

Masih dimungkinkan terjadinya sinergi positif tetapi harus ada upaya keras untuk mencari berbagai sumber informasi. Konsultan yang dibutuhkan adalah konsultan sistem infrmasi. Sinergi positif, kualitas sinergi lembaga pendidikan yang dihasilkan sangat baik dan dapat dipertanggung jawabkan, konsultan yang diperlukan sebagai second opinion.

KUDADRAN III KUADRAN IV

Sinergi negative, kualitas sinergi pendidikan yang dihasilkan tidak baik dan tidak dapat dipertanggung jawabkan. Bantuan konsultan tidak banyak menolong kecuali untuk pembenaran lembaga pendidikan yang mendasar. Masih dimungkinkan terjadinya sinergi positif, misalnya dengan meminta jasa konsultan bidang pendidikan untuk memandu penyusunan strategi lembaga pendidikan. 

G. Pendekatan Human-centred dalam Manajemen Pendidikan

Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan mengalami kemajuan yang sedemikian pesat. Tidak terkecuali kemajuan ilmu pengetahuan dibidang pendidikan yang telah memunculkan konsep dan strategi baru. Konsep dan strategi baru ini kemudian di terapkan dalam praktik oleh lembaga pendidikan yang mempunyai peluang untuk memamfaatkan keampuan konsep dan strategi tersebut. Dalam praktiknya peranan suatu konsep dan strategi lembaga pendidikan biasanya memerlukan peranan konsep lainnya, baik karena sifatnya yang inheran maupun sebagai penunjang konsep strategi utamanya, selain itu, peranan salah satu konsep dan strategi yang ditetapkan dalam lembaga pendidikan akan berpengaruh pada keseluruhan sistem lembaga pendidikan tersebut. 

Munculnya berbagai konsep dan strategi pada lembaga pendidikan, berkaitan dengan situasi ersaingan antar lembaga pendidikan yang ada, namun, munculnya fenomena persaingan tersebut dipicu oleh cepatnya perkembangan dan perubahan teknologi informasi yang semakin mutakhir. Pesatnya perkembangan teknologi informasi telah menjadikan banyak lembaga pendidikan menjadi bernilai karena nilai informasi yang dihasilkan memiliki arti strategis dalam pola pengembangan manajeman lembaga pendidikan. Dengan demikian, teknologi informasi akan menjadi keharusan dalam mengelola sebuah lembaga pendidikan agar mampu mengembangkan pola pembelajaran yang lebih berkualitas dan memiliki nilai bagi pelanggannya. 

Untuk mampu menguasi teknologi informasi yang optimal, sedikitnya diperlukan prasyarat umum yang meliputi kesiapan baik sunber daya manusia maupun sumber daya mineral. Kesiapan sumber daya bukanlah sesuatu yang mudah untuk dipenuhi karena bagi lembaga pendidikan harus mencari alternative tertentu yang peling menguntungkan dan tepat guna. Salah atu upaya tersebut, yaitu dengan strategi outsourcing teknologi informasi, yang merupakan strategi penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi oleh lembaga pendidikan mealalui pihak ketiga (ludigdo, 1997). Akan tetapi, strategi ini tidak selalu memberikan manfaat yang optimal dan mengandung sejumlah resiko sehingga digunakan strategi insourcing dalam pemanfaatan teknologi. 

H. Keamanan Sistem Informasi, Moral, Etika, dan Hukum Teknologi Informasi

1. Keamanan sistem Inforamasi

Menurut Hary Gunarto dalam budi sutejdo (2002:191-210) terdapat tiga jenis pengendalian data dan informasi meliputi :

a. Pengendalain sistem informasi 

b. Pengendalian procedural 

c. Pengendalain fisilitas 

Ketiga prosedur pengendalian tersebut jika dirumuskan dan diimplemantasikan dengan baik diyakini dapat memberikan pengamanan yang optimal terhadap data dan informasi dan mampu menekan resiko terjadinya gangguan keamanan terhadap sistem informasi secara keseluruhan. 

a. Pengendalain Sistem Informasi

Pengendalian dalam hal ini untuk memonotoring dan menjaga kualitas, keamana peralatan, input, proses, output, aktivitas penyimpanan dan distribusi sistem informasi.

1. Kualitas input sangat menentukan hasil akhir pemrosesan

Pengendalin input terdiri dari: (1) penggunaan sistem password dan log-in name akan membatasi siap saja yang dpata mengakses terhadap sistem informasi tersebut (2) pendeteksian terhadap proses pemasukan data.

2. Pengendalian proses ketika computer akan memproses data dengan prosedur yang telah ditetapkan

3. Pengendalian output dilakukan untuk menjamin bahwa informasi yang dihasilkan tidak terjadi selahan. 

4. Pengendalian penyimpanan baik proses maupun peralatan yang digunakan jenis pengendalian ini meliputi 3 hal (1) harddisk (2) Virus (3) distribusi data dan informasi. 

b. Pengendalian Prosedural 

Hal yang harus dirumuskan dalam menyusun pengendalian procedural, antar lain. 

1. Prosedur backup data dan program yang program yang disesuaikan dengan tingkat urgensinya 

2. Prosedur untuk memasuki lingkungan jaringan computer yang ada dilingkungan organisasi dan prosedur apabila akan keluar dan meninggalkannya 

3. Prosedu pembagian kerja antar setaf pengelola teknologi informasi berdasrkan keahlian dan kemampuan. 

c. Pengendalian fasilitas dan usaha pengamanan 

Hal ini dilakukan untuk melindungi fasilitas fisik istem informasi yang berbasis teknologi informasi serta peralatan pendukungnya dari kerusakn dan pencurian, upaya pengendalian fasilitas dapat dilakukan, antara lain melakukan kompresi agar dapat menjaga tingkat kepadatan lalu lintas data dalam jaringan, enskripsi, dan deksipsi untuk menjaga keamanan data dalam harddisk maupun yang sedang melintas dengan jaringan. 

2. Etika, Moral dan Hukum Teknologi Informasi

Menurut McLeod dalam Budi Sutedjo (2001:90) moral merupakan kebiasaan dalam memeprecayaai prilaku baik atau buruk. Sedangkan etika merupakan serangkaian petunjuk yang harus diikuti, memiliki standar atau idealism yang diterima oleh prorangan, kelompok, atau suatu komunitas teknologi informasi. 

Menurut james H. Moor dalam Budi Sutedjo (2001:208) etika tehnoligi informasi berperan sebagai alat analisis mengenai sifat dan dampak social teknologi informasi, serta formulasi dan justifikasi kebijakan untuk menggunakan teknologi informasi tersebut, etika digunakan untuk menganalisis sifat dan tampak social ekonimis yang ditimbulkan dari penggunaan tekonogi informasi dan usaha-usaha untuk menerima dan menghargai semua kegiatan yang mengarah kepada pengoprasian dan peningkatan leyanan teknologi informasi, serta upaya untuk menghindari atau mengecah hal-hal yang mengancam, merusak, dan mematikan kegiatan teknologi informasi secara langsung atau tidak langsung. 

Hukum merupakan aturan formal tentang prilaku, wewenang, atau kekuasaan pemerintahan yang menentukan subjek atau kewarganegaraan. Setelah membahas moral, etika dan hukum kaitannya dengan teknologi informasi yang digunakan dalam tatanan organisasi harus memenuhi tiga criteria tesebut, yaitu secra moral, etika dan hukum yang berlaku, teknologi infromasi yang di gunakan dalam sebuah organisasi merupakan petunjuk bagi seorang pemimpin dan bawahannya yang harus memiliki nilai moral, etika, informasi khusus, serta sebgai bentuk aplikasi penegakan hukm. Kebutuhan kan budaya etika snagt dibutuhkan terutama dalam pola hubungan antar pimpinan dengan lembaga pendidikannya. Dalam menanamkan budaya etika, ada tiga bentuk implementasi yang harus diperhatikan. 

1. Membentuk paham etika lembaga pendidikan (educational institution credo)

2. Untuk mempalsilitasi atasan dan bawahan yang terlibat dalam lembaga pendidikan dalam memahami organisasi pendidikan tersebut. 

3. Menggunakan kode etik lembaga pendidikan tersendiri atau beradaptasi dengan kode etik yang dibuat oleh lembaga profesi dibidang pendidikan, misalnya kode etik guru dan kode etik kepala sekolah. 

Tiga unsure membentuk budaya etika dalam lembaga pendidikan 

1. Membentuk paham etika

2. Membuat program etika 

3. Membentuk kode etik lembaga pendidikan

Selanjutnya Loed menyatakan dalam merencanakan oprasional teknologi informasi yang berkeritera harus ada 10 tahap setandar etika, yaitu 

1. Merumuskan paham etika 

2. Membentuk prosedur melalui peraturan-peraturan yang ada 

3. Menetapkan sanksi

4. Mengakui adanya perilaku etis 

5. Memfokuskanpada program pelatihan

6. Melaksanakn tanggung jawab yang di bebankan 

7. Mendorong program rehabilitas atika

8. Mendorong partisipasi masyarakat professional untuk membuat kode etik 

9. Menetapkan budaya keteladanan

Semntara itu menurut James Moor dalam Indrajit (2002:265) ada tiga alas an utama diperlukannya etika, yaitu :

1. Ketentuan logika 

2. Fektor tranformasi 

3. Factor tidak kasat mata

II.5 Aplikasi TMQ Dalam Manajemen Pendidikan

A. Folosifi Total Quality Managemen (TQM)

Istilah kualitas mengandung bebarti macan makna yang berlainnan, gietsch dan Davis (1994) merumuskan konsep holistic mengenai kualitas sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pengguna produk/jasa. 

KOnesp total qulity managemen (TQM) pertama kali dikemukakan oleh nancy warren, seorangbehavioral scientist di united states navy (Walton dalam bounds,ea.al., 1994). Istilah ini mengandung maknka every process, every job, dan every person (lewis & Smith, 1994). Pengertian TQM dalam diartikan menjadi dua aspek (Goestsch & Davis, 1994). Aspek pertama menguraikan apa TQM. Dan TQM didefenisikan sebagai sebuah pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupa memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan secara terus-meners atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi. Aspek kedua menyangkut cara menyampaikan dan berkaitan dengan sepuluh karakteristik TQM yang terdiri dari atas: (a) Focus pada pelanggan (internal & ekternal), (b). Beriorentasi pada kualitas, (c) Menggunakan pendekatan ilmiah, (d) Meliliki komotmen dengan jangka panjang, (e) kerjasam tim, (f) menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan, (g) pendidikan dan pelatihan, (h) menerapka kebebasan yang terkendali, (i) memiliki kesatuan tujuan, (j) melibatkan dan memberdayakan karyawan

B. Pilar Total quality Manjemen (TQM)

Ada lima pilar total quality manjemen (TQM) (Creech, 1996) yang terdiri dari atas : (1) Produksi, (2) Proses, (3) Organisasi, (4) Pemimin, (5) Komitmen 

C. Keterkaitan TQM dan QWL dalam Lembaga Pendidikan

Keterkaitan TQM dan QWL (quality of working life) dapat di jelaskan bahwa TQM pada dasarnya adalah QWL hehingga QWL meripakan kultur berbasis keterlibatan. Dalam QWL terletak dalam sumber utama kesulitan penerapan TQM. Menurut pendapat Plowman (1990) prilaku manajmen pendidikan menunjukan bahwa lembag pendidikan mengalami masalah dalam mengembangkan kualitas total karna menghadapi berbagai permasalahan. Dari sejumlah permasalahan tersebut perubahan kultur diidentfikasikan sebgai permasalahn utama. Hambatan kultur merupakan ketidak selarasan hubungan fungsional, komunikasi yang buruk diantar fungsi organisasi, dan sikap manjemen terhadap staf yang memperlukan staf seolah-olah tidak mampu berpikir. 

1. QWL seluruh kutul esensial untuk keberhasilan TQM 

QWl (quality of working life) dapat didefinisikan sebagai suatu cara berfikir tentang orang, pekerjaan dan organisasi dengan elemen-elemenberupa adanya perhatian tentang dampak pekerjaan pada orang-orang/pegawai dan aktivitas organisasi serta gagasan partisipasi dalam pemecahan masalah organisasi dan mpembuatan keputusan. 

QWL merupakan kultur esensial dan tiang penopang keberhasilan strategi TQM. Tujuan kultur QWL adalah menciptakan organisasi atau lembaga pendidikan yang bebas dari rasa takut dan menuntut keterlibatan seluruh unsure organisasi. 

2. QWL sebagai model organisasi

Model organisasi QWL dimulai dan diakhiri dengan lingkaran kualitas. Dalam hal ini keterlibatan individu lembaga pendidikan tidak mepulakan imbalan (rewaed) yang diterima setiap individu karna hal ini akan mewujudkan stabilitas kerja mereka serta akan membangun model organisasi QWL (organisasi keterlibatan tinggi) yang efektif. Sistem karir dalam model organisasi QWL akan melibatkan sejumlah besar proses belajar, pengembangan karir, dan konsep berbasis kemampuan. 

D. Penerapan TQM dalam Manjemen Pendidikan

1. Pengertian jasa pendidikan 

Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau keputusan yang ditawarkan untuk dijual (Fandy Tjiptono, 1996:6), Koler mengemukakan pengertian jasa dalah merupakan sesuatu yang tidak berwujud, yang melibatkan hubungan antar penyaji jasa dengan konsumen pemakai dan tidak ada perpindahan kepemilikan (transfer of ownership) antarkeduanya. Sedangkan menurut Berry (Zaithaml dan Berry(1996:5)) jasa dapat di artikan sebagai unjukrasa (perfoermens) atau prosedur kerja, tidakan dan aktivitas (deeds), maupun proses yangdilakukan oleh seseorang atau institusi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya. 

2. Karakteristik Jasa Pendidikan 

a. Tidak berwujud (Intangibility)

b. Tidak Terpisahkan (Insparability)

c. Bevariasi (Variability)

d. Mudah Musnah (Perishability)

3. Dimensi Kualitas Pelanyanan pada jasa Pendidikan 

Dalam studi empiris yang dilakukan oleh Parasuraman (1988) di Amerika sertikat diketahui bahwa terdapat lima dimensi kualitas pelayanna (TERRA) dimana jsas pendidikan merupakan bentuk jasa yang melibatkan tingkat interaksi yang tinggi natarpenyedia jasa pendidikan (lembaga pendidikan) dan pengguna jasa pendidikan, dimensi jasa tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 

a. Tangible (Bukti fisik)

b. Reliability (Keandalan)

c. Responsiveness (daya tanggap)

d. Assurance (Jaminan)

e. Empathy (Empati)

E. Pendekatan Kualitas Layanan Jasa Pendidikan

Mnegevaluasi Kualitas layanan jasa pendidikan diperlukan pendekatan yang komperhensif kinerja jasa pendidikan merupakan jasa yang memiliki karakteristik cukup komplek dibanding jasa lainnya. Karna jasa pendidikan padat modal, investasi bidang pendidikan yang berkualitas dan memiliki value dari pengguna jasa pendidikan. Saat ini dibutuhkan modal yang sangat besar disamping dapat karya (memerlukan tenaga SDM) yang memiliki dedikasi, kapabilitas, maupun skill yang spesifik. 

Terdapat dua pendekatan untuk memberikan pelayanan yang bermutu kepada pengguna jasa pendidikan, yaitu sebagai berikut. 

1. Pendekatan service triangle (Segitiga Layanan)

Merupakan satu model interaksi meanjemen layanan yang mencerminkan hubungan antar lembag pendidikan dengan para pengguna jasa pendidikan (siswa/mahasiswa). Model tersebut terdiri dari 3 elemen yaitu : 

a. Service Strategy (Strategi layanan)

b. People (Sumber daya manusia yang memberikan layanan)

c. Service system (Sistem Layanan)

2. Pendekatan kedua total quality Service (TQS)

total quality Service atau layanan mutu terpadu adalah suatu keadaan katika sebuah kembaga pendidikan memiliki kemapuan untuk memberikan pelayanan bermutu kepada para pelanggan maupun pemilik lembaga pendidikan (pemerintah atau yayasan). Dan pegawainya, TQS memiliki 5 elemen yang saling terkait satu sama lain (Albrecht, 1992)

a. Market and costumer research (Riset pasar dan pelanggan)

b. Strategy Fomulation (Perumusan Strategi)

c. Education, training dan communication (Pendidikan, Pelatihan, dan komunikasi)

d. Process improvement (Penyempurnaan Proses)

e. Assessment, measurement, and feedback (Penilaian, pengukuran dan unpan balik)

F. Upaya-Upaya Perbaikan Layanan Pada Lembaga Pendidikan

1. Fokus pada Penggunaan jasa Pendidikan (Pelanggan)

Langkah pertama dalam menerapkan TQM adalah memandang siswa/mahasiswa sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan baik, pelanggan ini dikenal luas, tetapi tidak diteri secara universal pandangan yang komperhensif dikemukan oleh Lewis dan Simth (1994). Pelnggan ditinjau menjadi tiga perspektif. Yaitu pelanggan internal akademik dan administrative, siswa srta staf pengajar (guru), guru pembingbing dan karyawan bagian adminstrasi, pelnggan ekternal langsung yaitu pegawai administrasi dan siswa serta lembaga pendidian lain sebagai pesaing. 

2. Kepemimpinan 

Dalam kontek TQM, pemimpin perlu memiliki karakteristik pribadi yang mencakup dorongan, motivasi untuk memimpin, kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, inisisatif, kreativitas/originalitas, adaptabilitas/fleksibelitas, kemampuan kognitif, serta pengetahuan dan charisma, kualitas manajerial pimpinan harus dapat dapat memberikan inspirasi pada semua jajaran manajemen agar mampu memperagakan kualitas kemampuan yang sama, yang diperlukan untuk mengembangkan budaya TQM. Oleh sebab itu keterlibatan langsung pemimpin lembaga pendidikan sangat penting. 

3. Perbaikan yang berkesinambungan

Upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan dalam lembaga pendidikan harus mengunakan pendekatan sistem terbuka atas fungsi inti lembaga pendidikan, student learning, ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menjaminkualitas lembaga pendidikan, yaitu 

a. Pendekatan akreditas 

b. Pendekatan outcome assessment

c. Pendekatan sistem 

4. Manajemen SDM 

SDM pemegang penghargaan kualitas baldrige award, Blackburn & Rosen (1993) mengajukan 14 komponen strategi sumber daya manusia yang dapat mempasilitasi penerapan TQM, yaitu sebagai berikut 

1. Manajemen puncak bertanggung jawab untuk memprakasai dan mendukung visi budaya tersebut

2. Visi tersebut dikalsifikasikan dan dikomunikasikan kepada semua insane

3. Bebagai sistem yang memungkinkan terjalin komunikasi ke atas dan dikembangkan, dilaksanakan, serta diperkokoh

4. Pelatihan TQM disediakan bagai semua karyawan dan manajemen puncak mendukung secara aktif pelatihan tersebut

5. Tersedia program keterlibatan atau partisipasi karyawan

6. Oranisasi wajib mengbangkan proses yang melibatkan berbagai macam perspektif untuk menganangi isu-isu kualitas

7. Pra karyawan diberdaya gunakan mengmbil keputusan yang berkualitas menuruk kebujakan mereka dan desain kebijakan harus menyatakan hal ini dengan jelas 

8. Penilaian kinerja difokuskan ulang dari sekedar evaluasi kinerja masa lalu, mejadi tekanan yang dapat dilakukan manajemen untuk membantu para karyawan melakukan usaha berkualitas yang berkaitan dengan pekerjaan di masa mendatang 

9. Sistem kompensasi mencerminkan kontribusi kualitas yang berkaitan dengan tim, termasuk pengausaan keterampilan tambahan

10. Sistem pengakuan nonfinancial (bagi perseorangan atu kelompok kerja) agar mendukung upaya pencapain kualitas social

11. Berbagi sistem yang ada memungkinkan para karyawan di semua jenjang organisasi untuk menyampaikan perhatian, gagasan, dan reaksi mereka terhadap inisiatif kualitas

12. Isu-isu keamanan dan kesehatan dikembangkan secra produktif, bukan secara reaktif

13. Berbagai program rekrutmen, seleksi, promosi, dan pengmbangan karir karyawan mencerminkan realitas baru dalam mengelola dan bekerja dalam lingkungan TQM 

14. Meskipun membantu pihak lain untuk mengimplentasikan proses yang mendukung TQM, professional sumber daya manusia tidak melupakan pentingnya mengelola fungsi sumber daya manusia dengan pedoman yang sama

5. Manajemen Berdasarkan Fakta

Menurut A. Muri Yusuf (1995:280) perbaikan mutu dalam bidang pendidikan bukan semata-mata soal physical-product seperti yang terjadi dalam bidang industry atau pabrik. Ini disebabkan karna raw input sekolah adalah manusia dan hasil pendidikan (output-nya) adalah manusia yang akan diuji lagi kemampuannya pada saat individu itu berintraksi dengan manusia lainnya, oleh karna itu, seluruh komponen dalam sistem sekolah diarahkan secra terpadu untuk mendukung terciptanya proses tranformasi nilai yang sebaik-baiknya. Dengan kata lian, hasil belajar bukan hanya sekedar mengetahui dan memahami, melainkan harus bisa mencapai kemampaun berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Menurut Engkoswara (1987) 

II.6 Kerangka kerja Tim dalam Menajemen Pendidikan

Lembaga pendidika merupakan sebuah organisasi, terdiri dari pendidik dan tenaga kependidikan. Tenaga kependidikan bertugas melakukan adminstrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidikan adalah tenaga professional yang bertugas merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan penganbian kepada masyarakat, terutapa bagi pendidik pada perguruan tinggi (BAB XI Pasal 39 UU RI No. 20 Tahun 2003). Kedua unsure lembag pendidikan tersebut bergabubg dalam satu kesataun organisasi satuan kependidikan. 

A. Transformasi Individu menuju Tim 

Setiap individu yang terlibat kedalam sebuah komunitas akan mengmbil bagaian dari keseluruhan pekerjaan yang ada sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya. Melalui kerjasama gotong royong, setiap individu tidak ada yang merasa dirinya paling ahli, serta keberhasilan dan kerja sama tersebut akan menjadi milik bersama.

Tanggung jawab individu akan menjadi lebih ringan karna divikul secara bersama, kekurangan individu akan saling menutupi dan saling melengkapi, serta keahlian yang dimliki oleh seseorang individi akan menyempurnakan kerja sama. 

Sebuah tim kerja tidak terbentuk secara kebetulan atau tanpa direncanakan sama sekali, menurut Stoner (1995) dalam budi sutedjo (2002:232). Ada lima tahap terbentukannya sebuah tim kerja, yaitu sebagai berikut. 

1. Pembentukan

Pada awalnya, tim dibentuk berdasrkan kebutuhan, keprihatinan, keahlian, jenis pekerjaan atau bidang yang sama. Kemuadian anggota kelompok akan salaing mempelajari tingkah laku masing-masing anggota secara sepesifik menetapkan peraturan tim, baik secara lisan maupun secara tertulis, kemantapan tim ini sangat tergantung pada keseimbangan yang ada dalam sebuah lembaga, baik dari segi kemampuan, keahlian, aupun dari segi pembagian hak dan kewajibannya. Dalam lingkungan teknologi informasi, sebuh tim harus menciptakanrasa saling tergantung satu sama lain sehingga akan lahir rasa solidaritas yang akan meningkatkan setiap individu dalam suatu kelompok yang solid. 

2. Komflik 

Pada tahap awal pembentukan tim akan meninmulkan komflik yang saling bergantian 

3. Pemantapan Norma Tim 

Pada saat mulai komflik berada, anggota tim mulai merumuskan Norma atau peraturan dasar tim. Misalnya pembagian tugas, kesepakatan waktu, dan lain sebaginya. 

4. Berprestrasi

Setelah tim bekerja dengan kelompok dan semangat kebersaman yang tinggi maka tim ini dapat mencapai puncak prestasi khususnya dalam menciptakan inovasi dan kerativitas. 

5. Pembubaran 

Suatu saat seorang angota atau beberapa anggotatim mengundurkan diri karna kondisi kesehatan, mutasi, atau pension yang mengakibatkan tim tersebut bubur tetapi sebuh lembaga akan terus hidup. 

B. Tim Kerja Lembaga Pendidikan Dalam Revolusi Informasi 

Uraian tentang proses evolusi masyarakat industry munuju masyarakat informasi memperlihatkan bahwa masa depan penbentukan tim kerja dalam lembaga pendidikan harus memiliki landasan sosiologis sekaligus memiliki dasar filosofis yang jelas. Pembentukan tim kerja bukan sekedar tuntutan manajerial lembaga pendidikan, lebih dari itu merupakan pemberdayaan secara menyeluruh terhadap elemn organisasi lembaga pendidikan yang eksis di tengah-tengah masyarakat. Oleh karna itu,tim kerja sama harus memiliki unsure secara spesifik yang membedakan dengan sekelompok orang yang sedang melakukan sesuatu. Untuk membedakan tim kerja dengan kelompok lainnya akan digambarkan pada table di bawah ini.

No Kelompok kerja Tim Kerja 

1 Fakus pada lapisan elit pimpinan Penyebaran peran kepemimpinan 

2 Akuntabilitas individu Akuntabilitas individu dan tim 

3 Tujuan kerja adalah tujan organiasasi Tujuan kerja sefesipik sesaui keyakinan tim 

4 Prodek kerja individual Produk kerja kolektif 

5 Rapatbersifat sfisien Rapat mengikuti fleksibelitas diskusi

6 Kinerja bersifat parsial Kinerja bersifat komperhensif 

7 Diskusi, keputusan, dan pendelegasian Diskusi, keputusan, dan kerja sama

C. Pendekatan Kompetisi Bagian Acuan Pengembangan Karier Individu Dalam Lembaga Pendidikan 

Perusahan konsultan internasional manjemen Arthur Andersen (1994) mendifinisikan kompetensi sebagai karakteristik dasar yang terdiri dari kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge) serta atribut nasional (personal attributes) lainnya yang mampu membedakan seseorang dari yang perform dan tidak perform artinya, inti dari sistem atau model kompotensi sebenarnya adalah sebagai alat penentu untuk memprediksi keberhasilan kerja seseorang pada posisi tertentu. 

Menurut Spencer & Spencer (1994) atau mengacu kepada the competency handbook, volume 1 & 2, beberapa pedoman dasar untuk mengmbangkan sistem kompetensi dalam lembaga pendidikan adalah (1) Mengidentifikasi pekerjaan posisi kunci yang dibuat kompetensi modelnya, (2) melakukan analisis proses kerja, seperti kerja, waktu jerja, hubungan kerja, dab tanggung jawab (3) melakukan survai kompetensi yang dibutuhkan agar berhasil meksanakan pekerjaan, (4) membuat daftar jenis kompetensi yang diperlukan pada posisi tertentu, (5) menguraikan maknsa setiap jenis kompetensi, (6) menentukan sekala tingkat penguasaan kompetensi yang diinginkan dibuat dengan memakai sekala: b (basic) I (intermediate), a (advance), atau E (expert), (7) membuat penjelasan dari setiap jenis kompetensi dalam sekal yang di buat, (8) mengajukan kembali setiap daftar kompetensi yang telah dibuat agar dapat diaplikasikan. 

Ada lima karakteristik kompetensi , yaitu motivasi, trait, self concept, knowledge, dan skill. Pendekatan kompetensi dapat digunakan untuk mengukur karir, pendekatan kompetensi dikembangkan oleh Lyle dan Signe Specer (1995) memiliki 5 skala bagai berikut. (1) Intensitas atau kelengkapan suatu kegiatan, (2) Ukuran dampak, (3) Kompleksitas, skala utama pada kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan berfikir, (4) Jumlah usaha, waktu yang diginakan dalam melaksanakan dimensi dan kompetensi, (5) Dimensi unik. 

Sinergi merupakan wujud harmonis kegiatan untuk menciptakan tujuan bersama yang merupakan gabungan suatu kegiatan mulai dari unit terkecil hingga init terbesar dengan mengharapkan hasil akhir jauh lebih besar jika dibandingkan pencapain kerja oleh masing-masing unit yang bekerja mandiri. 

D. Menciptakan Hubungan Yang Harmonis dalam Lembaga Pendidikan

Untuk menciptakan hubungan yang harmonis, di atntar mereka perlu mengubah pola pendekatan dari pendekatan kontrol ke pendektan komutmen. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, mereka membutuhkan otonomi, keterlibatan yang tinggi, pengembangan dan akuntabilitas diri.

Untuk menciptakan hubungan yang harmonis dalam sebuah lembaga pendidikan, ada dua hal yang dapat dilakukan, ayitu mecapai komunikasi dua arah dan menciptakan sistem pengembangan SDM yang terpadu. 

1. Menciptakan Komunikasi yang Harmonis

Komunikasi dua arah untuk meningkatkan saling pengertian antara pemimpin dan bawahan sangat penting. Dengan saling memahami diharapkan segala persoalan dapat diselesaikan sehingga tidak menimbulkan ketegangan. Untuk menciptakan komunikasi yang harmonis, Stephen covey yang tekenal dengan bukunya seven habit of Highly Effective people menggunakan seek first to understand, than to be understood. Artinya cobalah terlebih dahulu untuk memahami baru kemudian dipahami. 

2. Menciptakan sistem pengembangan SDM tarpadu

Menciptakan sistem SDM terpadu dalam lembaga pendidikan dimulai dari mendefinisikan visi pendidikan. Visi adalah suatu gambaran ideal yang menjadi ciri-ciri lembaga pendidikan dimansa mendatang. Merumuskan visi sangat penting untuk memberikan arah (sense of direction) kepada setiap individu yang terlibat dalam lembaga pendidikan. Dengan mengetahui visi semua individu yang terlibat diharapkan berjalan kearah yang sama segngga seluruh energy akan tercurah untuk menacapai visi yang telah ditetapkan sebelumnya. Visi yang menjawab pertanyaan mengenai kemana lembaga pendidikan akan berjalan (where). 

E. Konflik lembaga pendidikan sebagai prilaku komunikasi

Konflik dalam sebuah lembaga seiring silihat sebagai sesuatu yang negative, termasuk oleh pemimpin lembaga pendidikan, istilah konflik berasal dari bahasa latin, com yang berarti bersama dan fligere berarti melanggar, menabrak, menemukan, dan membentur. Dengan demikian konflik merupakan ekpresi pertikaian individu dan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karna beberapa alasan. Pada pandangan ini, pertikaan menunjukan adanya perbedaan antar dua atau lebij individu yang diekpresikan, diingat, dan dialami (Pece & Faules, 1994 : 249). Konflik dapat dirasakan, diketahui, dan diekpresikan melalui prilaku-prilaku komunikasi (Folger & Poole : 1984).

1. Konfik dalam lembaga pendidikan

Ada tiga bentik knflik dalam sebuah lembaga pertama, konflik pribadi (personal conflict) kedua, konflik antar pribadi (interpersonal conflict), ketiga, konflik lembaga (institutional conflict), 

2. Sumber-Sumber konflik dalam lembaga pendidikan 

Factor-faktor dalam sebuah lembaga pendidikan yang dapat mendorong konflik meliputi lima hal. Petama , lingkungan ekternal. kedua, ukuran (size), ketiga, teknologi (technologi), keempat, tujuan (goals), kelima, struktur (structure). 

3. Damapak konflik 

Konflik yang bisa menimbulkan dampak negatif, misalnya melemahnya hubungan natar pribadi, timbulnya sikap marah, perasaan terluka, serta keter asingan. Pada tahap dini konflik ditandai dengan sikap tidak saling percaya antarindividu yang lambat laun ditujukan secra verbal maupun non verbal, raut muka yang tidak senang bersikap diam, atau mungkin menghindari kelompok yang lain, sebaliknya konfik dapat di kelola secra tepat dengan dampak konstruktif bagi pihak yang telibat termasuk lembaga pendidikan. 

4. Menangani konflik dalam lembaga pendidikan

Ada tiga cara menangani konflikyang terjadi dalam lembag pendidikan , pertama, mediation. Kedua, negotiation, ketiga. Arbitration. 

II.7. Peranan SIM dlam Pengembangan Keputusan Bidang Pendidikan

Salah satu fungsi yang sangat penting dalam kepemimpinan, yaitu pengambilan keputusan , seorang pemimpin sebagian besar waktu, pehatian, maupun pikirannya, dipergunakan untuk mengkaji proses pengambilan keputusan. Semakin tinggi posisi seseorang dalam kepemimpinan organisasi maka pengambilan keputusan menjadi tugas utama yang harus dilakukan. Prilaku dan cara dalam pola pengambilan keputusan sangt mempengaruhi prilaku dan sikap dari para pengikutnya, hal ini menentukan kinerja organisasi untuk mencapai tujuannya. 

A. Pengambilan Keputusan

Secara etimologi kata decide berasal dari bahasa latin prefik de yang berbrarti off, dan kata caedo yang berarti to cut, hal ini berarti proses kognitif cut off sebagai tindakan memilih diantara beberapa alternative yang mungkin. 

Menurut Max (1972), decision making is commonly defined as choosing from among alternatives (pengambil keputusan merupakan pemilihan dari beberapa alternatif). 

Sedangkan shull (1970:67) mengemukakan bahwa pengambil keputusan merupak proses kesadaran manusia terhadap fenomena individual maupun social berdasarkan kejadian factual dan nilai pemikiran, yang mencakup aktivitas perilaku pemilihan satu atau beberapa alternative sebagai jalan keluar untuk memecahkan masalah yang dihadapi. 

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternative perilaku (kelakuan) tertentu dari kedua atau lebih alternative yang ada (George R. Terry dalam Iqbal Hasan, 2002:9) pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistimatis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat (S.P Siagian dalm Iqbal Hasan 2002:10) pengambil keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. 

Dari pengertian pengambilan keputusan di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan adalah sebuah hasil dari pemecahan masalah, jawaban dari suatu pertayain sebagai hukum situasi, dan merupakan pemilihan dari salah satu alternatif yang ada, serta pengakhiran dari proses pemikiran tentang masalah atau problem yang dihadapi. Adapun pengambilan dalam keputusan adalah keputusan (decision). Berikut ini akan dijelaskan pengertian keputusan. Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan jelas. 

Pengambil keputusan memiliki dua fungsi, yaitu (1) pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secra individual maupun secra kelompok. (2) sesuatu yang bersifat futuristik. Adapun tujuan pengambilan keputusan, yaitu (1) tujuan yang bersifat tunggal, (2) tujuan yang bersifat ganda.

Melihat fungsi dari pegambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan akan brepengaruh besar terhadap kelangsungan organisasi sekolah. 

Unsur-unsur pengambilan keputusan menurut George R. Terry dalam Iqbal Hasan (2002 : 16) didasarkan pada lima hal: 

1. Intuisi, pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan 

2. Pengalaman, pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis

3. Fakta, pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik. 

4. Wewenang, pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya. 

5. Rasional, pengambilan keputusan berdasarkan Rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten. 

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan keputusan

Tidak terlepas dari Faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu sebgai berikut : 

1. Posisi atau kedudukan 

Dalam rangka pengambilan keputusan, posisi atau kedudukan dapat dilihat dalam hal: (1) letak Posisi, apakah sebagai pembuat keputusan (decision maker) penetu keputusan (decision taker), ataukah staf (staffer): (2) tingkah posisi apakah sebagai strategi, policy, peraturan, organisasional, Oprasional, atau teknis.

2. Masalah 

Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan. Masalaha dapat dibagi menjadi dua (1) masalah tersusun dan (2) masalah tidka tersusun. Masalah di atas dapat di bagi menjadi (1) masalah rutin (2) Masalah insidentil. 

3. Situasi

Situasi adalah keseluruhan factor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain. Factor-faktor itu dibedakan atas (1) Faktor-faktor yang Konstan. (2) factor-faktor yang tidak konstan. 

4. Kondisi

Kondisi adalah keseluruhan factor yang secra bersama-sama menentukan daya gesek, daya berbuat atau kemampuan kita. 

5. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha pada umumnya telah tertentu atau ditentukan. 

C. Pengambilan keputusan dalam Perspektif informasi

Pengumpulan informasi dan persyaratan proses informasi terjadi melalui kapabilitas masing-masing lembaga pendidikan atau pimpinan lembaga pendidikan tersebut, serta tergantung pada tingkat ambiguitas tujuan atau konflik tujuan mupun ketidak pastian teknis, oleh karna itu, lembaga pendidikan dapat mengatasinya dengan mengadopsi salah satu model dari model pengambilan keputusan berikut ini. (a) rasional model, (b) political model, (c) anarchy model, (d) process model.

D. Jenis-Jenis Pengambila Keputusan 

Jenis-Jenis keputusan dapat disusun berdasarkan berbagai sudut pandangan dan secara garis besar dikenal tiga jenis keputusan, yaitu sebagai berikut. 

1. Keputusan berdasrkan tingkat keputusan 

Pada umumnya sebuah lembag termasuk lembaga pendidikan memiliki hirarki manajemen, secra hirarki ini terbagi atas tiga tingkatan, yaitu manajemen tingkat puncakberkaitan dengan pemecahan yang bersifat strategis (strategic palanning). Manajemen tingkat menengah mengenai masalah pengawasan dan kegiatannya lebih banyak bersifat administrasi, manajemen tingkat bawah yaitu manjemen oprasional, berkaitan dengan kegiatan oprasional sehari-hari. 

2. Keputusan yang berdasarkan Regularitas

Keputusan yang dikemukakan oleh simon (1995) dibagi menjadi keputusan terprogram dan keputusan tidakn terprogram yang diuraikan sebgai berikut. 

a. Pengeambilan keputusan terprogram 

Pengambilan keputusan ini bersifat rutinitas dan berulang-ulang dengan cara penanggulangan telah ditentukan untuk penyelesaian masalah melalui: (1) prosedur, yaitu serangkaian langkah (2) aturan, yaitu ketentuan, (3) kebijakan, yaitu pedoman. 

b. Pengambilan keputusan tidak terprogram 

Pengambilan keputusan ini bersifat tidak rutinitas dan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berstruktur. 

3. Keputusan berdasarkan lingkungan 

Keputusan ini dibedakan menjadi empat kelompok berikut ini. 

a. Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti 

b. Pengambilan keputusan dalam kondisi berisiko

c. Pengambilan keputusan dalam kondisi tidak pasti 

d. Pengambilan keputusan dalam kondisi konflik

Menurut V.H Vromm dan P.W. Tetton dalm Wirawan (2003:125)ada 3 jenis proses pengambilan keputusan, yaitu sebgai berikut.

1. Pengambilan keputusan otokratik 

2. Pengambilan keputusan konsultatif 

3. Pengambilan keputusan kelompok

E. Sistem informasi Fungsional Manajmen Pendidikan 

Subsistem Lain sebagai pendukung keputusan sebagai berikut

1. Sistem Infromasi Manajemen Keuangan dalam Pendidikan 

2. Sistem Informasi Manajemen oprasi dalam pendidikan

3. Sistem Infromasi Manajemen pemasaran jasa pendidikan 

4. Sistem Infromasi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan


BAB III

TANGGAPAN/PENILITIAN ISI BUKU 

A. KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa buku SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ini sebenarnya sudah layak dikonsemsi oleh para guru atau tenaga pendidik yang bertanggung jawab akan informasi di sekolahnya. Haya saja masih terdapat kekurangan yang perlu diperhatikan agar dapat diterbitkan buku yang lebih sempurna pada edisi revisi nantinya. Dengan adanya buku ini (SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN) dapat kita gunakan / aplikasikan dalam kewajiban kita di sekolah yaitu memakai informasi manajemen pendidikan yang ada di sekolah maasing-masing. 

1. Tujuan atau sasaran buku :

Dalam buku SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ini bermaksud mempermudah kepada guru atau tenaga kependidikan dalam penggunaan perangkat komputer dengan waktu yang relative singkat dan sekarang sudah dipermudah dengan adanya buku ini. 

2. Sasaran :

Menurut saya seharusnya dalam buku SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ini informasi untuk keunggulan bersaing lembaga pendidikan, strategi menejemen pendidikan, teknologi informasi dalam perspektif pendidikan, Aplikasi TQM, kerangka kerja TIM dan peranan sim dalam pengambilan keputusan bidang pendidikan dalam penelitian tersebut memang sudah lengkap konsepnya namun tidak dijelaskan secara terperinci terutama harus bagaimanakah seorang guru atau tenag pendidik menggunakannya dalam pengaplikasian dari sehari-harinya serta contohnya. Saya berharap pada edisi revisi nantinya dalam buku ini disajikan dengan menambah contoh-contoh yang sederhana supaya lebih memperjelas pembaca. 


GLOSARIUM


1. Reformasi : Re-for-ma-si /réformasi/ n perubahan secara drastis untuk perbaikan

(bidang sosial, politik, atau agama) dl suatu masyarakat atau Negara

2. Signifikan : Sig-ni-fi-kan a penting; berarti: seorang -- yg dijadikan anutan;

perbedaannya kecil sekali, tidak

3. Orientasi : Ori-en-ta-si /oriéntasi/ n 1 peninjauan untuk menentukan sikap

(arah, tempat, dsb) yg tepat dan benar; 2 pandangan yg mendasari

pikiran, perhatian atau kecenderungan

4. Eksistensi : ek-sis-ten-si /éksisténsi/ n hal berada; keberadaan:

5. Integrasi : In-teg-ra-si n pembauran hingga menjadi kesatuan yg utuh atau bula

6. Mikro : Mik-ro - bentuk terikat 1 kecil; kecil sekali: mikrofilm; mikrokosmos;

mikroorganisme; 2 membuat benda dsb yg kecil kelihatan besar:

mikroskop; 3 seperjuta unit: mikrogram; microfarad

7. Komponen : kom-po-nen /komponén/ n bagian dr keseluruhan; unsure

8. Outsercing : (menggunakan jasa lain untuk membantu melakukan aktivitas

pendidikan)